Athalia tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. Senyumnya sangat manis, membuat Sangen pusing tujuh keliling melihatnya.
Aduhai cantiknya, batin Sangen ...
Pemuda itu terhipnotis oleh kecantikan gadis yang berdiri di depannya. Memang benar, teman-temannya tidak salah, Athalia sangat cantik. Tapi mustahil gadis secantik ini belum pounya pacar, biasanya barang bagus itu cepat laku.
"Tadi aku pikir ada selebritas dari Ibu Kota yang tersesat sampai kesini. Ternyata kamu sudah sebesar ini? Cantik lagi."
"Memangnya aku batu yang tidak bisa tumbuh, Bang?" kata Athalia ringan dan santai.
Gadis itu bicara dengan santai, seolah-olah tidak memiliki beban dalam hidupnya.
"Kamu sebenarnya mau ke mana, Abang?" tanya Athalia lagi.
"Aku mau mencari tambang atau orang yang mudik ke kampung. Aku mau pulang kampung," jawab Sangen.
"Kalau begitu, sebelum kamu mudik, tolongin aku dulu, Bang," rengek Athalia.
"Menolong kamu? Menolong apa, Lia?" tanya Sangen bingung. Dia juga punya urusan mendesak.
"Antar aku beli sisir rambut, dong. Aku sudah tidak punya sisir lagi nih."