Mohon tunggu...
Meilia kumalasari
Meilia kumalasari Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zuhud Hasan al-Bashri

24 Oktober 2020   23:47 Diperbarui: 28 Mei 2021   14:24 2640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zuhud Hasan al-Bashri. | pexels

Hasan Al-Bashri

Pendahuluan

Zuhud adalah melepas diri dari dunia, tidak bergantung pada kenikmatan dan kepuasan dunia, juga mengurangi keinginan dan materi akan materi, lebih mmengutamakan akhirat dan lebih mengharap ridha Allah SWT. Zuhud adalah ajaran tasawuf islam yang sudah dijalankan oleh Rasulullah bahkan ditiru oleh para sahabat, tabi'in, tabi'i tabi'in diteruskan sampai para sufi. 

Tujuan hidup zuhud adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang merupakan kebahagiaan yang hakiki, selain itu dengan zuhud kita dapat meningkatkan ketakwaan kita pada Allah, senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Salah satu ulama' sufi yang menerapkan zuhud dalam hidupnya adalah beliau al-Hasan al-Bashri yang terkenal dengan zuhud beliau yang khauf (ketakutan) dan raja' (pengharapan).

Biografi Hasan al-Bashri

Beliau adalah Abu Sa'id al-Hasan ibn Abi-Hasan Yasar al-Basri atau yang lebih dikenal dengan al-Hasan al-Basri, beliau adalah putra dari Yasar seorang budak dari Zaid ibn Tsabit yang kemudian menjadi sekretarisnya, ibunya bernama Khairah Maulat Ummu Salamah. 

Beliau lahir di Madinah pada 21 H/642 M (dua tahun sebelum berakhirnya kekhalifaan Umar bin Khattab). Awalnya beliau bersama keluarganya tinggal di salah satu daerah yang ada di madinah yaitu wadi al-Qura, tapi saat terjadinya perang siffin orang tua beliau pindah ke Basrah yang kemudian disusul oleh Hasan al-Bashri setelah satu tahun. 

Beliau tergolong tabi'in karena masih menjumpai para sahabat Nabi, pendidikan pertama beliau adalah dari keluargannya yaitu ibunya, dimana ibunya adalah penghafal dan periwayat hadist yang kebanyakan beliau terima dari ummu salamah. Beliau juga salah satu murid Hadzaifah ibnu Yaman yang merupakan sahabat Nabi yang dikatakan sebagai orang yang dapat berbicara rahasia hati atau asrar al-qulub. 

Semasa kecil, beliau sering disusui oleh Ummu Salamah (Istri Nabi) dan kemungkinan karena barakah susuan ummu salamah lah juga beliau bisa menjadi ulama' yang hebat, saat masih berumur 12 tahun beliau sudah menjadi penghafal Al-Quran lalu pada umurnya yang ke 14 tahun beliau pindah ke basrah, dan karena itulah beliau lebih dikenal dengan nama Hasan al-Basri. 

Basrah adalah kota yang bidang keilmuannya berkembang pesat, tak jarang pula para tabi'in sengaja datang kesana untuk memperdalam ilmu pengetahuannya, Hasan al-Bashri sendiri pernah belajar beberapa ilmu kepada Ibnu Abbas, diantaranya ilmu tafsir, hadist dan qira'at. Sedangkan untuk yang lainnya seperti ilmu fiqih, bahasa ataupun sastra beliau belajar pada sahabat yang lain. 

Baca juga: Zuhud Itu Apa Sih? Bisakah Kita Melaksanakannya

Di basrah, beliau mulai membuka pengajian karena keprihatinannya terhadap masyarakat yang sangat sibuk dengan urusan duniawi, semenjak itulah beliau menjadi orang yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kehidupan sufi di basrah, ajaran terpentingnya adalah khauf, zuhud dan raja'. Beliau juga sudah berhasi mendirikan madrasah zuhud di basrah.

Hasan al-Bashri meninggal pada 1 Rajab 110 H/728 M, tepatnya malam jum'at pada usia 88 tahun. Kepergian beliau memberi kesedihan dan luka yang mendalam pada penduduk Basrah, seluruh masyarakat Basrah bersedih dan mereka bersama-sama mengantar jenazah Hasan al-Bashri ke pemakaman. 

Aban bin Mujbir berkata "ketika Hasan al-Bashri hampir menjumpai ajalnya, banyak sahabat yang menjenguk beliau dan mengatakan "wahai Abu Sa'id, berilah kami bekal yang bermanfaat bagi hidup kami." 

Lalu beliau pun berpesan untuk para sahabatnya jadilah kamu orang yang paling menjauhi larangan dan mendekati kebaikan, langkahmu hanya ada dua yaitu yang menguntungkan dan yang mencelakakan, perhatikanlah dan selalu pikirkan langkahmu karena kamu akan melangkah di pagi dan sore hari".

Tentang Hasan al-Bashri

Beberapa pendapat tentang Hasan al-Bahri, dari Abu bardah bin abu musa al-asy'ari yang mengatakan "saya tidak pernah melihat seorang yang lebih mirip dengan sahabat kecuali beliau", dan ketika khalid bin abdul malik menanyakan bagaimana hasan al-basrah di mata masyarakat, mereka pun menjawab "Beliau adalah orang yang paling kongkrit karena mengambil hal hal yang samar, ucapannya senantiasa diiringi dengan perbuatannya, beliaupun selalu memperhatikan keadaan ummat, beliau selalu berbuat baik dan juga sering menyuruh orang berbuat baik, beliau adalah orang yang paling jauh pada hal buruk dan melarang orang lain berbuat buruk. 

Beliau adalah orang yang tidak bergantung pada orang lain, tapi orang lain lah yang bergantung dengan beliau". Bahkan menurutnya suatu kaum tidak akan tersesat selama masih ada Hasan al-Bashri diantara kaum tersebut. 

Hasan al-Bashri akan selalu sedih jika mengingat akhirat. Menurut Muhammad ibnu sa'ad pun Hasan al-Bashri merupakan ulama' yang menguasai macam-macam ilmu secara integral, alim, tinggi, fakih, dipercaya, jujur, kata-kata nya adalah sebuah referensi, ahli ibadah, fasik, tampan dan baik hati. 

Sementara menurut tsabit ibnu qurrati, Hasan al-bashri merupakan yang paling cemerang dalam keilmuan dan ketaqwaan, begitu juga zuhud dan wara' dalam iffah dan kelembutan, di dalam fiqih dan wawasan, dalam majlisnya terdapat beragam manusia yang mengambil hadist, takwil, mendengarkan halal haram, penuturan dalam fatwa hukum dan peradilan, ceramah dan wejangan. 

Beliau bagaikan lautan yang berombak dan obor yang terang, sikapnya yang selalu amar makruf nahi munkar. Bahkan menurut Al-Ghazali Hasan al-Bashri adalah manusia yang memiliki ucapan paling menyerupai ucapan para Nabi, dan orang yang memiliki petunjuk yang paling mendekati petunjuk para sahabat Nabi.

Hasan al-bashri adalah pribadi yang alim, beliau juga banyak menerima ilmu dari para sahabat dan tabiin seperti ali bin abi thalib, muawiyah bin abu sufyan, umar bin khattab, yazid ibn abi maryam, sa'id ibn ubadah, ubay ibn ka'ab, dan ammar ibn yasir. selain itu beliau juga dikenal dengan ahli pidato yang cemerlang. 

Bahkan hasan al-bashri juga telah mendirikan majlis dzikir di bashrah yang dipenuhi dengan murid dan para pengikut beliau. Beberapa murid beliau seperti 'amr ibn 'ubaid dan washil ibn atha dimana keduanya merupakan tokoh kalam di aliran mu'tazilah. 

Awal muncunya nama mu'tazilah berasal dari peristiwa yang terjadi pada Amr ibn Ubayd, Washil ibn Atha dan al-Hasan al-Bashri, saat majlis pengajian Hasan al-Bashri muncul pertanyaan yaitu tentang orang yang berdosa besar bukanlah mukmin tapi juga bukan kafir, melainkan berada diantara kedua posisi tersebut yang dikenal dengan istilah al-Manzillah bayn al-Manzilatayn.

Zuhud menurut al-Hasan al-Bashri

Beliau hidup pada masa pemerintahan bani umayyah yaitu muawiyah, seperti yang kita ketahui bahwa corak kehidupan pemimpin masa itu sangat lah mewah dan glamor, putra sekaligus pewaris muawiyyah yaitu Yazid yang memiliki kebiasaan buruk sebagai seorang pemabuk berat. 

Situasi inilah yang menjadi dorongan keras zuhud Hasan al-bashri, beliau melakukan gaya hidup murni etis, pendalaman kehidupan spiritual dengan motivasi dan etika. Zuhud menurut beliau adalah "Menganggap dunia hanya sebagai jembatan yang dilalui dan tidak membangun apa-apa di atasnya". 

Inti dari konsep zuhud beliau adalah zuhud kepada dunia, menolak segala kemegahan dunia, dan satu-satu nya tujuan hanyalah kepada Allah, tawakkal, khauf dan raja', semua itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Janganlah hanya takut kepada Allah, tapi sertailah ketakutanmu kepada Allah dengan pengharapan, takutlah kepada murka Allah tapi tetap berharaplah akan karunia Allah. 

Karena itulah Hasan al-Bashri selalu sedih dan takut jika beliau tidak melaksanakan perintah Allah dengan sepenuhnya dan juga menjauhi laranganNYA, sangking takutnya beliau menganggap seakan-akan negara dibuat untuknya. Bahkan Hasan al-Bashri membagi zuhud pada dua tingkatan yaitu zuhud pada barang haram dan zuhud pada barang halal. 

Untuk zuhud pada barang haram adalah tingkat zuhud yang elementer, sedangkan zuhud yang lebih tinggi adalah zuhud pada barang halal dan Hasan al-Bashri telah mencapai pada zuhud ini, beliau melakukannya dalam bentuk sedikit makan, tidak ketergantungan atau terikat pada makanan dan minuman, bahkan beliau sampai mengatakan "jika ada alat yang digunakan untuk mencegah aku makan, maka aku akan menggunakannya" beliau juga pernah mengatakan "aku senang makan hanya sekali namun dapat kenyang selamanya, sebagaimana semen yang tahan air selamanya". 

Menurut beliau perasaan takut sehingga bertemu hati yang tentram lebih baik dari perasaan tentram yang kemudian menimbulkan ketakutan. Dunia adalah tempat beramal, sehingga barangsiapa yang di dunia dalam keadaan rasa benci dan zuhud kepadanya maka ia akan berbahagia dan beroleh faedah atas persahabatan itu. 

Sebaliknya, barangsiapa yang tinggal di dunia dalam keadaan hatinya rindu dan persahabatannya tersangkut kepadanya, maka dia akan berakhir sengsara, dia akan terbawa pada suatu masa yang tidak dapat tertahankan deritanya.

Tafakur akan membawa kita pada kebaikan dan berusaha berbuat kebaikan, menyesali perbuatan jahat akan membawa kita pada meninggalkan perbuatan jahat tersebut. Sebanyak apapun barang yang fana tidak akan dapat menyamai suatu barang yang kekal. 

Awasilah diri ini dari dunia yang cepat datang dan cepat pergi yang penuh dengan tipuan. Bisa dikatakan dunia ini bagaikan janda tua yang telah bungkuk dan banyak bergaul dengan laki-laki. Orang yang beriman akan berduka cita pada pagi hari dan sorenya karena dia hidup diantara dua ketakutan yaitu takut dengan dosa yang telah lampau dan mengingat azab balasan yang akan ditimpakan Allah kepadanya dan takut memikirkan ajal karena tau bahaya yang sedang mengancamnya. 

Patutlah orang insafi bahwa kematian mengancam dan kiamat yang akan datang sedang mengancam dirinya, dimana pada hari akhir kita akan diadili oleh Allah. Banyak duka cita di dunia akan memperteguh semangat amal shaleh. 

Zuhudnya beliau adalah takut akan siksaan Allah dalam neraka, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "Orang yang beriman mengenang dosanya, laksana orang yang duduk dibawah gunung yang besar yang dia senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya". Dan zuhud Hasan al-Bashri adalah khauf dan raja' : ketakutan dan pengharapan.

Terkait dengan tasawuf, beliau pernah berkata "Barangsiapa yang memakai tasawuf karena tawadhu' nya kepada Allah maka Allah akan menambahkan cahaya dalam dirinya dan hatinya, dan barangsiapa memakai tasawuf karena kesombongan maka Allah akan mencampakkannya kedalam neraka". 

Kedalaman pengetahuan tasawuf Hasan al-Bashri membuatnya cenderung mengartikan beberapa istilah agama islam menurut pendekatan tasawuf, misalnya: islam menurut Hasan al-Bashri adalah penyerahan hati dan jiwa kepada Allah SWT dan keselamatan muslim dari gangguan muslim lain. Orang beriman adalah orang yang tau apa yang dikatakan Allah dan itu pula yang harus dikatakan. 

Orang mukmin adalah orang yang banyak amalnya dan dan sangat takut pada Allah, dan jika ia menafkahkan hartanya walau setinggi gunung pun ia tidak akan menceritakannya pada siapapun. Sedangkan pengertian sufi menurut beliau adalah orang yang hatinya selalu takwa hanya kepada Allah dan yang berbicara benar, senantiasa menepati janjinya, menjaga silaturahmi, menyayangi orang lemah, tidak pernah memuji diri sendiri, dan senantiasa mengajarkan kebaikan. 

Faqih menurut beliau adalah orang yang zahid kepada dunia dan senag kepada akhirat memahami agamanya dan senantiasa beribadah kepada Allah, memiliki sifat wara' dan menjaga keormatan muslim dan harta mereka, seorang penasehat dan pembimbing bagi masyarakatnya. Bisa dikatakan bahwa Hasan al-Bashri sebagai ulama pendiri zuhud, ekstrimitas pemikiran zuhud beliau dapat dilihat dari ucapan beliau "Jika Allah menghendaki seseorang itu baik, maka Allah mematikan kuluarganya sehingga dia dapat leluasa dalam beribadah". 

Menurut Hasan al-Bashri, Nabi Muhammad dan para sahabat adalah tie ideal al-Masal al-A'la yang tidak pernah tergiur dengan dunia dan senantiasa berkorban demi orang lain meski dirinya sendiri sedang mengalami kesulitan, mereka sabar da tahan lapar dan tidak makan kecuali sekedar mencukupi kebutuhan minimalnya. 

Baca juga: Pengertian Zuhud, Orang Zuhud dan Hakikatnya

Dan karena itulah ia dapat berzuhud terhadapnya. Kezuhud an Hasan al-Bashri adalah dengan menjauhkan diri dari pemimpin yang dzalim, terbukti dari kisah beliau yang kala itu baru saja keluar dari kantor Amir Irak bernama Abu Hubairoh yang kemudian berjumpa dengan para Qurra', lalu beliau berkata "Apa yang menyebabkan kalian duduk disini ? apakah ingin masuk dan bertemu mereka yang keji ? Demi Allah dudukmu dengan mereka dibandingkan dudukmu dengan orang yang baik, engkau akan dapat membedakannya. 

Bagaikan Allah membedakan jasad dengan roh nya. Demi Allah seandainya engkau sekalian zuhud terhadap apa yang ada di tangan mereka, niscaya mereka akan mencintai terhadap apa yang kau miliki. Tapi engkau lebih mencintai apa yang ada di sisi mereka, maka mereka akan meninggalkan apa yang engkau miliki".

Menurut Abu na'im al-asfahani, Hasan al-Bashri adalah sosok yang selalu takut dan berduka di setiap harinya, hidup beliau zuhud dan wara', beliau tidak pernah tidur dalam keadaan senang karena senantiasa mengingat Allah, beliau adalah orang yang menolak dunia dan tidak pernah meminta-minta. 

Menurut Hasan al-Bashri patutlah kita untuk takut karena seluruh kehidupan yangdijalani akan dipertanggung jawabkan sedngkan kehidupan itu sendiri amatlah pendek dan dibatasi oleh maut. Bagi orang yang beriman, kehidupan di dunia adalah untuk persiapan dan peningkatan amal saleh dalam diri yang selalu takut (khauf) tapi selalu berharap (Raja') atas ampunan dan rahmat Allah, jadi dunia ini bukanlah tempat untuk bersenang-senang. 

Banyak duka dan prihatin selama di dunia akan memperteguh dan menambah semangat berbuat amal saleh memperkuat zuhud dan wara' dan tentunya menjauhkan diri dari murka Allah. Tapi semua itu akan benar-benar tertanam pada jiwa manusia yang memiliki iman dan ilmu, dimana keduanya merupakan suatu kemestian sebagai dasar bagi orang yang mendekatkan diri pada Allah, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 58. 

Ibadah yang senantiasa didasarkan kepada iman dan ilmu selau membawa orang pada rasa takut dan prihatin sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Q.S Al-Fathir ayat 28 dan Q.S Al-Hujurat ayat 13. Beliau menghadapi dunia ini dengan prihatin dan waspad, zuhud dan penuh kesucian, menajamkan hati dengan takut pada Allah setiap waktu.

Kezuhud an beliau juga terlihat dalam suatu peristiwa saat beliau berkunjung ke bizantium dan mengunjungi perdana mentri bizantium. Disana beliau diajak ke suatu tempat oleh perdana mentri, sesampainya di tempat tujuan Hasan al-Bashri melihat sebuah tenda yang yang terbuat dari brokat bizantium dan diikat dengan tali sutra dengan hiasan tiang emas di atas tanah. 

Beberapa saat kemudian muncullh pasukan tentara perkasa dengan perlengkapan perang yang sempurna yang mengelilingi tenda itu seraya berkata "wahai putra mahkota, seandainya mala petaka yang menimpa engkau ini terjadi di medan perang pastilah kami akan mengorbankan jiwa dan raga kami untuk menyelamatkanmu, tapi mala petaka ini datangnya dari-NYA yang tidak akan sanggup kami perangi", setelah mengatakan itu pasukan tentara pun pergi meninggalkan tenda. 

Setelah itu muncul lagi para pemikir yang cerdik dan pandai berjumlah kurang lebih empat ratus orang mengelilingi tenda itu seraya berkata "Malapetaka yang menimpamu ini datangnya dari Allah yang tidak dapat dilawan walaupun dengan ilmu pengetahuan, filsafat maupun tipu muslihat. 

Karena semua pemikiran yang ada di atas bumi tidak akan mampu menghadapiNYA, dan semua orang yang cerdik hanyalah orang yang dugu di hadapannya. Jika tidak demikian halnya, kami telah berusaha dengan mengajukan dalil yang tidak bisa dibantah oleh siapapun", dan setelah itu mereka pergi meninggalkan tenda. 

Selanjutnya datang lagi rombongan orang tua arif nan bijaksana yang berjanggut putih, mereka berjumlah tiga ratus orang, semuanya mengelilingi tenda seraya berkata "Wahai putra mahkota, seandainya malapetaka yang menimpamu ini dapat dicegah dengan campur tangan orang tua, niscaya kami akan mencegahnya dengan doa kami yang rendah hati ini dan tentunya kami tidak akan meninggalkan mu seorang diri" setelah itu mereka pergi meninggalkan tenda. 

Setelah itu datanglah sekitar gadis cantik yang masing-masing dari mereka membawa nampan berisikan emas perak dan batu permata, mereka mengelilingi tenda lalu berkata "Wahai putra kaisar, seandainya malapetaka yang menimpamu ini bisa ditembus dengan kecantikan dan kekayaan, maka kami akan merelakan diri kami dan seluruh harta kami untuk menembusmu dan tidak akan kami tinggalkan engkau di tempat ini. 

Tapi malapetaka itu tidak dapat dipengaruhi oleh harta maupun kecantikan", setelah itu mereka pun pergi meninggalkan tenda. Dan yang terakhir kaisar bersama perdana mentri masuk ke dalam tenda lalu berkata "Wahai anakku, apa yang dapat aku lakukan ? aku telah mendatangkan pasukan tentara, ilmuwan, pawang dan penasehat dan juga para gadis cantik, harta benda dan semua yang dapat aku lakukan. 

Tapi malapetaka ini telah menimpamu oleh Allah yang tidak dapat ditolak oleh ku bahkan oleh semua yang aku miliki". Melihat kejadian aneh itu Hasan a-Bashri pun terheran-heran dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi ? apa arti dari semua ini ?. dan ketika meninggalkan tempat itu, beliau pun bertanya kepada perdana mentri, perdana mentri pun menjawab bahwa dulu kaisar mempunyai seorang putra yang tampan, dia menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan tak terkalahkan dalam arena kegagahperkasaan, ia sangat dicintaioleh seluruh kerajaan. 

Pada suatu saat pangeran itu sakit dan meninggal, pangeran dikuburkan di tenda tersebut. Peristiwa itu sangat menggugah hati Hasan al-Bashri, selepas itu beliau bersumpah tidak akan tertawa lagi di atas dunia ini sebelum mengetahui nasib yang dihadapinya nanti. Beliau melakukan segala macam ibadah dan disiplin diri yang tak tertandingkan oleh siapapun semasa hidupnya.

Nasihat Hasan al-Bashri

1. Senantiasa berpegang pada kitab dan sunnah

2. Perbandingan dua generasi (generasi para sahabat dan tabi'in) maksudnya untuk mengingatkan pada apa yang dialami oleh kaum salaf, dan mengikuti jejak langkah mereka.

3. Menyebut tentang dunia dan akhirat, beliau selalu mengatakan bahwa dunia adalah negri untuk melakukan amal akhir. Beliau hendak menjelaskan dunia sangatlah kecil dibandingkan dengan akhirat dari segi lamanya hidup dan dari segi kenikmatannya. Mencurahkan perhatian kepada dunia dan mengabaikan akhirat adalah kebodohan dan ketertipuan.

4. Harga waktu, beliau menegaskan bahwa setelah mati nanti manusia akan berharap bisa kembali ke dunia meski sesaat, sebagai ganti dari kesenangan yang ditinggalkan pada anak-anaknya, untuk sekedar melakukan satu kali shalat, membaca tasbih dan satu kali tahmid.

5. Ikhlas dalam kata dan perbuatan, hal ini mengahruskan agar menjauhi kemunafikan, riya' dan ujub, juga menuntut untuk menghisab diri dan menimbang amal.

6. Dosa dan taubat, tujuan nasihat beliau adalah agar orang yang berdosa mau bertaubat, beliau juga berkata "hai anak manusia, meninggalkan dosa lebih mudah daripada melakukan taubat"

7. Boros dan berlebihan harta, menurut beliau kelebihan harta itu bukan hanya untuk bersenang-senang tapi untuk memenuhi hajat orang lain, beliau berkta "semoga allah merahmati orang yang mendapat rezeki dari pekerjaan baik, berbelanja dengan sederhana dan menyuguhkan harta kepada orang miskin, arahkan lah kelebihan harta ini kepada yang telah diarahkan oleh Allah dan letakanlah sesuai perintahNYA"

8. Menjauhi penguasa, beliau menyarankan agar menjauhi penuasa karena dekat dengan penguasa adalah sumber kemunafikan dan kedzaliman.

9. Musahabah diri sendiri, beliau menasihati agar menyibukkan diri melihat cacat pada diri sendiri, sehingga dapat sibuk beramal dan tidak sempat membicarakan kecacatan orang lain apalagi menghinanya.

10. Mengingat maut, maut adalah sesuatu kondisi yang tidak bisa di hindari namun selalu dilalaikan manusia, maka dari itu nasihat Hasan al-Bashri adalah agar semuanya berujung pada satu tujuan yaitu mencintai Allah, dengan begitu akan tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Baca juga: Zuhud Perspektif Syekh Mutawalli Sya'rawi

Karya al-Hasan al-Bashri

Pendapat Hasan al-Bashri dapat dijumpai di berbagai kitab. Tapi berbagai ulama' berbedap pendapat tentang ada atau tidak adanya karya yang ditinggalkan Hasan al-Bashri. Imam Muhammad Abu Zahrah yang disampaikan oleh muridnya melalui riwayatnya, Abu Zahrah berpendapat bahwa Hasan al-Bashri tidak pernah meninggalkan satu kitab pun dan juga tidak pernah melihat bahwa ia menulis sebuah kitab. 

Berbeda pendapat dengan yang pertama, menurut Ibnu Nadim Hasan al-Bashri pernah menulis sebuah buku tafsir dan risalah tentang jumlah ayat yang diberi judul al-'Adad atau 'Adad Ayi al-Quran al-Karim (Jumlah ayat Al-Quran). Risalah yang pernah ditulisnya adalah

1. Al-ikhlas (keikhlasan)

2. Risalah mengenai jawabannya pada Khalifah Abdul Malik ibn Marwan

3. Risalah Fada'il Makkah wa as-Sakan fih (keutamaan makkah dan ketenangan didalamnya), menurut Ahmad Ismail al-Basit merupakan risalahnya satu-satunya (naskah aslinya telah diedit oleh Dr.Sami Makki al-Ani, yang merupakan guru besar kebudayaan islam Universitas Kuwait dan diterbitkan oleh Maktabah al-fallah pada tahun 1980).

4. Risalah Faraid ad-Din (tentang kewajiban-kewajiban terhadap agama) yang naskahnya masih tersimpan di maktabah al-auqaf di Baghdad.

5. Di Maktabah Taimur, cairo, masih terdapat beberapa manuskrip tersebut ialah Syurut al-Imamah (syarat-syarat bagi pemimpin), wasiyyah an-Nabi li Abi Hurairah (wasiat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Hurairah) dan al-Istigfarat al-Munqizat an-Nur (beberapa istigfar yang dapat menyelamatkan dari neraka).

Dalam mengembangkan ilmunya, beliau membuka madrasah al-Hasan al-Bashri, sebuah forum khusus untuk diskusi dan belajar ilmu keislaman. Diantara murid beliau adalah : Wasil ibn Atha dan Amr ibn Ubaid (tokoh kalam aliran mu'tazilah), Ma'bad al-Jahani, Gailan ad-Dimasyqi, Qatadah ibn Di'amah as-Sadusi al-Basri, Hamid al-Tawil (ulama' dan penghafal hadist), Bakr ibn Abdullah al-Muzani dan Sa'ad ibn Iyas (Faqih Basrah), Malik ibn Dinar (seorang ulama' dan zuhud) dan Muhammad ibn Wasi' al-Azadi al-Basri (ahli kiraat sekaligus ulama' Basra). 

Para ahli kalam memandang beiau sebagai salah satu pemuka aliran mu'tazilah, itu karena meliau berbicara tentang al-qada wa al-qadar (ketentuan dan takdir Allah) yang didasarkan pada pandangan bahwasannya manusia memiliki kebebasan berkehendak, beliau juga dikenal sebagai ahli fiqih dan ahli tafsir. 

Keilmuan beliau dalam dua ilmu tersebut telah diakui oleh banyak ulama' yang diantaranya Anas ibn Malik dan Ja'far as-Sadiq yang merupakan imam mazhab ja'fari. Dalam menyampaikan pesan pendidikan, beliau melakukannya dengan dua cara : 

Pertama, mengajak para muridnya menghidupkan kembali kondisi pada masa salaf, seperti yang terjadi pada masa sahabat Rasulullah terutama Umar bin Khattab yang selalu berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah Nabi. 

Kedua, beliau menyeru kepada murid-muridnya untuk senantiasa bersikap zuhud dalam menghadapi kemewahan dunia, zuhud yang dimaksud beliau adalah tidak tamak terhadap kemewahan yang ada di dunia dan tidak lari soal dunia, selal merasa cukup dengan keadaan yang ada.

Kesimpulan

Hasan al-Bashri adalah seorang putra dari Yasar dan Khairah Maulat Ummu Salamah, beliau adalah anak yang baik dan pintar, saat masih berumur 12 beliau sudah menghafal Al-Quran. Beiau banyak belajar ilmu agama dari sahabat Nabi, beliau belajar beberapa ilmu kepada Ibnu Abbas, diantaranya ilmu tafsir, hadist dan qira'at. 

Sedangkan untuk yang lainnya seperti ilmu fiqih, bahasa ataupun sastra beliau belajar pada sahabat yang lain. Beliau adalah salah satu ulama' yang menerapkan zuhud dalam hidupnya, zuhud menurut beliau adalah "Menganggap dunia hanya sebagai jembatan yang dilalui dan tidak membangun apa-apa di atasnya". 

Inti dari konsep zuhud beliau adalah zuhud kepada dunia, menolak segala kemegahan dunia, dan satu-satu nya tujuan hanyalah kepada Allah, tawakkal, khauf (ketakutan) dan raja' (pengharapan). Hasan al-Bashri membagi zuhud pada dua tingkatan yaitu zuhud pada barang haram dan zuhud pada barang halal. 

Untuk zuhud pada barang haram adalah tingkat zuhud yang elementer, sedangkan zuhud yang lebih tinggi adalah zuhud pada barang halal seperti sedikit makan, tidak ketergantungan atau terikat pada makanan dan minuman. Karena itulah beliau selalu sedih dan takut jika beliau tidak melaksanakan perintah Allah dengan sepenuhnya dan juga menjauhi laranganNYA, sangking takutnya beliau menganggap seakan-akan negara dibuat untuknya. 

Dalam mengembangkan ilmunya, beliau membuka madrasah al-Hasan al-Bashri, sebuah forum khusus untuk diskusi dan belajar ilmu keislaman. Diantara murid beliau adalah : Wasil ibn Atha dan Amr ibn Ubaid (tokoh kalam aliran mu'tazilah), Ma'bad al-Jahani, Gailan ad-Dimasyqi, Qatadah ibn Di'amah as-Sadusi al-Basri, Hamid al-Tawil (ulama' dan penghafal hadist), Bakr ibn Abdullah al-Muzani dan Sa'ad ibn Iyas (Faqih Basrah), Malik ibn Dinar (seorang ulama' dan zuhud) dan Muhammad ibn Wasi' al-Azadi al-Basri (ahli kiraat sekaligus ulama' Basra).

Daftar Pustaka

  1. Siti Yusnaini. 2015. Zuhud Hasan Al-Bashri. Jurnal studi pendidikan riset dan pengembangan pendidikan islam. 3(1): 57-68
  2. Muslimin. 2019. Kajian pemikiran dakwah dan komunikasi hasan basri. Jurnal komunikasi islam dan kehumasan. 3(2): 137-155
  3. Abdullah. 2014. Maqamat makrifat Hasan al-Bashri dan al-Ghazali. Jurnal aqidah dan filsafat. 9(2): 105-115
  4. Shalih A. 2014. Untaian nasihat Hasan Bashri. Kaserun AS. Rahman. Jakarta. Turos Khazanah pustaka islam.
  5. Roechan Jamil. 2017. Konsep penyucian jiwa (studi komparasi al-Ghazali dan Hasan al-Bashri). Skripsi. Fakultas Ushuluddin. Jurusan Aqidah Filsafat. Institut Agama Islam Negri Sunan Ampel. Surabaya
  6. Eri Susanti. 2018. Aliran-aliran Dalam Pemikiran Kalam. Jurnal Ad-Dirasah. 1(1): 23-42

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun