Mohon tunggu...
Meilia kumalasari
Meilia kumalasari Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zuhud Hasan al-Bashri

24 Oktober 2020   23:47 Diperbarui: 28 Mei 2021   14:24 2640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zuhud Hasan al-Bashri. | pexels

Tapi malapetaka ini telah menimpamu oleh Allah yang tidak dapat ditolak oleh ku bahkan oleh semua yang aku miliki". Melihat kejadian aneh itu Hasan a-Bashri pun terheran-heran dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi ? apa arti dari semua ini ?. dan ketika meninggalkan tempat itu, beliau pun bertanya kepada perdana mentri, perdana mentri pun menjawab bahwa dulu kaisar mempunyai seorang putra yang tampan, dia menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan dan tak terkalahkan dalam arena kegagahperkasaan, ia sangat dicintaioleh seluruh kerajaan. 

Pada suatu saat pangeran itu sakit dan meninggal, pangeran dikuburkan di tenda tersebut. Peristiwa itu sangat menggugah hati Hasan al-Bashri, selepas itu beliau bersumpah tidak akan tertawa lagi di atas dunia ini sebelum mengetahui nasib yang dihadapinya nanti. Beliau melakukan segala macam ibadah dan disiplin diri yang tak tertandingkan oleh siapapun semasa hidupnya.

Nasihat Hasan al-Bashri

1. Senantiasa berpegang pada kitab dan sunnah

2. Perbandingan dua generasi (generasi para sahabat dan tabi'in) maksudnya untuk mengingatkan pada apa yang dialami oleh kaum salaf, dan mengikuti jejak langkah mereka.

3. Menyebut tentang dunia dan akhirat, beliau selalu mengatakan bahwa dunia adalah negri untuk melakukan amal akhir. Beliau hendak menjelaskan dunia sangatlah kecil dibandingkan dengan akhirat dari segi lamanya hidup dan dari segi kenikmatannya. Mencurahkan perhatian kepada dunia dan mengabaikan akhirat adalah kebodohan dan ketertipuan.

4. Harga waktu, beliau menegaskan bahwa setelah mati nanti manusia akan berharap bisa kembali ke dunia meski sesaat, sebagai ganti dari kesenangan yang ditinggalkan pada anak-anaknya, untuk sekedar melakukan satu kali shalat, membaca tasbih dan satu kali tahmid.

5. Ikhlas dalam kata dan perbuatan, hal ini mengahruskan agar menjauhi kemunafikan, riya' dan ujub, juga menuntut untuk menghisab diri dan menimbang amal.

6. Dosa dan taubat, tujuan nasihat beliau adalah agar orang yang berdosa mau bertaubat, beliau juga berkata "hai anak manusia, meninggalkan dosa lebih mudah daripada melakukan taubat"

7. Boros dan berlebihan harta, menurut beliau kelebihan harta itu bukan hanya untuk bersenang-senang tapi untuk memenuhi hajat orang lain, beliau berkta "semoga allah merahmati orang yang mendapat rezeki dari pekerjaan baik, berbelanja dengan sederhana dan menyuguhkan harta kepada orang miskin, arahkan lah kelebihan harta ini kepada yang telah diarahkan oleh Allah dan letakanlah sesuai perintahNYA"

8. Menjauhi penguasa, beliau menyarankan agar menjauhi penuasa karena dekat dengan penguasa adalah sumber kemunafikan dan kedzaliman.

9. Musahabah diri sendiri, beliau menasihati agar menyibukkan diri melihat cacat pada diri sendiri, sehingga dapat sibuk beramal dan tidak sempat membicarakan kecacatan orang lain apalagi menghinanya.

10. Mengingat maut, maut adalah sesuatu kondisi yang tidak bisa di hindari namun selalu dilalaikan manusia, maka dari itu nasihat Hasan al-Bashri adalah agar semuanya berujung pada satu tujuan yaitu mencintai Allah, dengan begitu akan tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Baca juga: Zuhud Perspektif Syekh Mutawalli Sya'rawi

Karya al-Hasan al-Bashri

Pendapat Hasan al-Bashri dapat dijumpai di berbagai kitab. Tapi berbagai ulama' berbedap pendapat tentang ada atau tidak adanya karya yang ditinggalkan Hasan al-Bashri. Imam Muhammad Abu Zahrah yang disampaikan oleh muridnya melalui riwayatnya, Abu Zahrah berpendapat bahwa Hasan al-Bashri tidak pernah meninggalkan satu kitab pun dan juga tidak pernah melihat bahwa ia menulis sebuah kitab. 

Berbeda pendapat dengan yang pertama, menurut Ibnu Nadim Hasan al-Bashri pernah menulis sebuah buku tafsir dan risalah tentang jumlah ayat yang diberi judul al-'Adad atau 'Adad Ayi al-Quran al-Karim (Jumlah ayat Al-Quran). Risalah yang pernah ditulisnya adalah

1. Al-ikhlas (keikhlasan)

2. Risalah mengenai jawabannya pada Khalifah Abdul Malik ibn Marwan

3. Risalah Fada'il Makkah wa as-Sakan fih (keutamaan makkah dan ketenangan didalamnya), menurut Ahmad Ismail al-Basit merupakan risalahnya satu-satunya (naskah aslinya telah diedit oleh Dr.Sami Makki al-Ani, yang merupakan guru besar kebudayaan islam Universitas Kuwait dan diterbitkan oleh Maktabah al-fallah pada tahun 1980).

4. Risalah Faraid ad-Din (tentang kewajiban-kewajiban terhadap agama) yang naskahnya masih tersimpan di maktabah al-auqaf di Baghdad.

5. Di Maktabah Taimur, cairo, masih terdapat beberapa manuskrip tersebut ialah Syurut al-Imamah (syarat-syarat bagi pemimpin), wasiyyah an-Nabi li Abi Hurairah (wasiat Nabi Muhammad SAW kepada Abu Hurairah) dan al-Istigfarat al-Munqizat an-Nur (beberapa istigfar yang dapat menyelamatkan dari neraka).

Dalam mengembangkan ilmunya, beliau membuka madrasah al-Hasan al-Bashri, sebuah forum khusus untuk diskusi dan belajar ilmu keislaman. Diantara murid beliau adalah : Wasil ibn Atha dan Amr ibn Ubaid (tokoh kalam aliran mu'tazilah), Ma'bad al-Jahani, Gailan ad-Dimasyqi, Qatadah ibn Di'amah as-Sadusi al-Basri, Hamid al-Tawil (ulama' dan penghafal hadist), Bakr ibn Abdullah al-Muzani dan Sa'ad ibn Iyas (Faqih Basrah), Malik ibn Dinar (seorang ulama' dan zuhud) dan Muhammad ibn Wasi' al-Azadi al-Basri (ahli kiraat sekaligus ulama' Basra). 

Para ahli kalam memandang beiau sebagai salah satu pemuka aliran mu'tazilah, itu karena meliau berbicara tentang al-qada wa al-qadar (ketentuan dan takdir Allah) yang didasarkan pada pandangan bahwasannya manusia memiliki kebebasan berkehendak, beliau juga dikenal sebagai ahli fiqih dan ahli tafsir. 

Keilmuan beliau dalam dua ilmu tersebut telah diakui oleh banyak ulama' yang diantaranya Anas ibn Malik dan Ja'far as-Sadiq yang merupakan imam mazhab ja'fari. Dalam menyampaikan pesan pendidikan, beliau melakukannya dengan dua cara : 

Pertama, mengajak para muridnya menghidupkan kembali kondisi pada masa salaf, seperti yang terjadi pada masa sahabat Rasulullah terutama Umar bin Khattab yang selalu berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah Nabi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun