Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Growth Mindset, Menyelaraskan Tumbuh Kembang Anak dan Pola Asuh Orang Tua

9 Juni 2025   15:47 Diperbarui: 9 Juni 2025   15:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Growth mindset|freepik.com

Frasa menakutkan dari kedua orang tua membatasi langkah kaki anak. Akhirnya magnet fixed mindset mendominasi pikiran anak. Anak-anak butuh bermain untuk mengakomodir pertumbuhan mengikuti ritme alam. 

Makanya, konsep belajar perlu sejalan dengan proses tumbuh kembang. Anak-anak yang terkurung dalam rumah tanpa beraktivitas di luar tidak mendapatkan waktu ideal berinteraksi dengan alam.

Growth mindset bukan sekedar teori psikologi, tapi sebuah naluri tumbuh kembang yang mesti diikuti, bukan dibatasi. Orang tua punya andil besar mengarahkan anak pada energi positif.

Energi positif anak yang diserap dari alam memberi konsep hidup yang relevan dengan tumbuh kembang. Sehingga, anak tidak membawa serta rasa cemas, khawatir, atau rasa takut berlebihan.

Standar hidup terus berubah mengikuti pola pikir sebagian orang. Sama seperti standar kecantikan pada wanita yang digambarkan dengan warna kulit, bentuk tubuh, dan berat badan ideal.

Pada kenyataannya, standar hidup dan kecantikan dibuat oleh segelintir orang untuk mengambil keuntungan besar. Kosmetik laku keras, program diet semakin diminati, sampa konsep rumah ideal menjadi sebuah tujuan hidup.

Manusia tidak lahir untuk mengikuti ritme hidup orang. Standar hidup telah berubah mengikuti dorongan industri. Iklan-iklan pemanis terus menghiasi pikiran mayoritas orang. Alhasil, naluri growth mindset digantikan fixed mindset. 

Ya, gambaran hidup dari media sosial memberi rasa cemas pada banyak keluarga. Sama persis seperti rasa takut seorang perempuan saat berat badannya berlebih, wajahnya berjerawat atau kulit yang terlihat kegelapan. 

Eksploitasi pikiran membuat orang terpinggirkan. Keinginan untuk memperoleh rumah impian memaksa orang untuk bekerja lebih giat. Di waktu yang sama, orang tua melupakan nilai-nilai penting tumbuh kembang anak. 

Kesuksesan sering dilekatkan pada nominal dan persepsi orang. Sehingga, kebahagiaan rumah tangga tidak lagi bersifat alamiah, melainkan bertopang pada nilai sosial yang digembar-gemborkan.

Anak remaja merasa malu untuk bergaul saat standar hidup bersebrangan dengan nilai yang dipegang. Bahkan, tuntutan gaya hidup mulai melecehkan harga diri individu yang seharusnya diproteksi oleh pola pikir yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun