Mendengar itu, ada yang penasaran, langsung antusias menyahut,
" Adakah terjadi sesuatu pada Letnan itu?" tanya  Dev T Karawooni
Mereka yang ditanya nampak bengong, sesaat memandang si Gadis. Merasa ganjil. Lalu melupakannya. Dan kembali melanjutkan percakapan. Tak memberi jawaban.
Si Gadis baru sadar, dan seketika itu menyesalinya. Mereka pasti menganggap aneh pertanyaan itu. Mengkhawatirkan seseorang, bukanlah sifat si Kilat Beracun.
Apakah ini dirinya yang sebenarnya? apakah sesuatu telah meracuninya? tapi urusan racun dia ahlinya. Mustahil...
Perasaan ini belum pernah dia alami. Dia merasa sesuatu telah direnggut darinya, pasrah...
 Dia benci rasa ini. Tapi tak rela bila rasa ini harus pergi, pedih...
 Bila ini luka di pertarungan, goresan lukanya bukan di kulit, tapi sayatannya terasa lebih perih...
Mengapa tatapan itu, senyum itu, wajah itu...wajah si Letnan selalu menempel diingatan. Dia telah berusaha menyingkirkan, tapi semakin melekat erat, mengikutinya, mengiris iris hatinya. Menyiksanya...
Apakah dia harus lebih dulu menyatakan suka... dimana harga dirinya, sungguh  malu dan nista bila membayangkannya.
Dia anak seorang pangeran, dipanggil tuan puteri, dia si Kilat Beracun, julukan itu bukan diminta tapi diberi. Pantang dirinya harus memohon, mengemis kepada si Letnan...