Hari ke dua, kami berada dalam pulau Samosir. Semalaman aku tidur cepat, teman-teman yang lain main bilyar dan yang perempuan berkumpul sesama mereka. Aku bangun jam 2 dini hari (tengah malam) buat sholat isya dan kemudian aku tidur lagi. Wah bangun di waktu subuh aku merasa bugar- terus sholat dan menulis pengalaman melalui note pada phonecel-ku.
Aku tak bisa menikmati makanan. Walau kami hanya makan sayur, ikan , ayam namun kami terbayang ada babi guling di atas piring kami pada hari-hari sebelumnya. Ya kalau boleh makanan halal juga menggunakan piring halal. Kemudian daging ayam walau halal, namun kalau penyembelihannya tidak benar juga bisa jadi tidak halal.
“Makan pagi kami sudah dihidangankan oleh mom Mulyanis ya....ludes semua”. Aku melepaskan pandangan ke danau Toba dan aku jadi tahu bahwa ada boat sebagai motor ojek air. Kapal muara yang lewat pake klakson untuk cari penompang. Aku berdialog dengan dengan seorang wisatawan berwajah India, namanya “Kunal”. Temannya from USA tidak suka dengan cuaca di sana yang dingin dan berawan , mmaklum lagi musim dingin di USA. Itulah alasan mereka memutuskan berlibur di Danau Toba yang tropis ini. Aku sempat bertukar account facebook dan accountnya “Kunal Ramu Murti”.
Aku melihat wisman barat 2 pasang berkemas “say goodbye”. Pak Editi memajang kopernya...dan nakhoda kapal motor meniupkan klakson...no kami punya kapal muara yang ditunggu. Akhirnya kami juga “say good bye juga pada 2 teman asal Sweden , Eva dan Ullamo. Mereka berdua keluar to give warm goodbye...”.
Teman teman bercanda. “Mr joe pacarmu nenek-nenek say good bye”.
“Iya no probleme...aku cari pacar bule, cari satu dapat dua”. Semua jadi tertawa. “Ya penting bule ya....nenek-nenek no probleme”. Sambungku lagi.
Kami semua on board. Kami take foto. Dari kejauhan teman swediaku yang sudah berusia nenek-nenek masih setia melambaikan tangannya dan tidak terasa kami berlabuh lagi di pelabuha tiga raja. Kami melanjutkan perjalanan. Jam 10 pagi kami tiba lagi di Prapat, aku lihat banyak restoran milik orang Minang sepanjang jalan di daerah non muslim itu. Aku juga melihat kramba ikan milik nelayan dan banyak gereja yang bertengger di kaki bukit. Ya Pemandangannya mirip di Danau Maninjau.
Semboyan lingkungan Danau Toba adalah “Toba go green”. Dan bukit sekitar Danau Toba memang jadi green. Keberaan banyak danau di Pulau Sumatera ya berkah Allah bagi Pulau Sumatra. Kami beruntung selama berlayar di danau Toba kemaren cuaca begitu cerah. Setelah ke luar Danau Toba hujan turun cukup lerbat.
“Jalan kami menanjak entah kemana. Aku tidak tahu karena ini kali pertama aku melalui daerah ini. Di pinggir kami jurang cukup dalam”.
Kami berada di Kabupaten Simalungun. Pohon kayu terlihat sudah besar besar. Tak lama kemudian kami tiba di sektor Aek Nauli dengan lingkungan alam yang begitu hijau.
Terasa enak laju mobil kami melewati jalan berhutan dengan pohon- pohon yang tinggi. Sayang di jalan raya di kota ini tidak banyak rambu-rambu lalu lintas dan tulisan buat pengguna jalan di sepanjang jalan raya.