Mohon tunggu...
Marjohan Usman
Marjohan Usman Mohon Tunggu...

Saya seorang guru (SMAN 3 Batusangkar), penulis dan juga peduli pada pendidikan Buku saya : SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM SEKOLAH dan GENERASI MASA DEPAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Perjalanan: Istana Maimun di Medan Semraut......!!!

3 Januari 2012   13:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:23 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimana ada  keramaian disana ada aktivitas dagang, termasuk dekat masjid  Attaqwa ini. Namun bagaimana dengan sampah ? Yang membuangnya banyak dan yang mengumpulkannya tak ada. Aku menyimpan sampah permen ke dalam tasku dulu. Anak-anak ku tidak boleh buang sampah seenaknya. Mereka tidak boleh meniru orang kebanyakan yang cuma pintar buang sampah.

Mereka itu adalah “dirty maker” atau tukang buat sesuatu jadi kotor.

Daerah  Rantau  Berangin  mulai  terasa  suasana daerah yang berbukit dan di sini juga mengalir Sungai Rantau Berangin  atau  mungkin  namanya  Sungai  Koto  Panjang yang di sana ada waduk gede.

Sebelum ada waduk koto panjang di sini ada perkampungan, atas nama pembangunan negara, Rezim  Orde Baru membuat waduk buat  PLTA  Koto Panjang, warga yang tidak sudi hijrah ya tenggelam dalam genangan waduk ini. Kini listrik Propinsi Riau berasal dari PLTA Koto Panjang yang berlokasi di Kabupaten Kampar ini.

Pasti Pak  Tom,  sopir kami merasa capek, maka mobil berhenti di rumah makan Kelok Indah. . Aku juga turun dan melihat ikan lele jumbo dalam  kolam  kecil persis di depan  resto ini. Terlihat bagiku bahwa naluri bisnis kuliner nasi orang  Minang/ Padang memang hebat di dunia.

“Rugi ya bila ada pemuda Padang yang jadi pengangguran.....buat saja rumah makan. Sarjana orang Padang yang mengganggur harus malu dong ...sama pemilik rumah makan”

Wah.... the last big  party...semua anggota rombongan masuk rumah makan pake goreng  ayam  lado  mudo, jengkol  batokok. Beda  dengan  makan di Pulau Samosir...dimana hampir semuanya  tidak berselera, khawatir dengan makanan yang tidak halal. Di rumah makan Kelok Indah , di perbatasan  Sumbar-Riau,  semua  makanan jadi  ludes. Wah masih belum maghrib..... maka kami melanjutkan perjalahan go home.

Saat  rembang  sore kami  melewati  daerah Pangkalan  Koto Baru. Rona matahari bakal lenyap habis magrib.  Daerah  Pangkalan  merupakan  daerah  indah  pertama  setelah ke luar dari Propinsi Riau.  Hamparan  sawah nan  hijau menyejukan mata. Kami berhenti di pom bensin Pangkalan dan sekaligus melakukan sholat magrib.  Gelap gulita melewati jalan Pangkalan  padahal aku  ingin  melihat pemandangan dan Kelok  Sembilan dengan jembatan menakjubkan.

Kami  melewati jembatan kelok sambilan, amazing ...dua jembatan toll begitu tinggi.

Setelah itu kami melewati lubuk bangku dan harau. Payakumbuh  menyusul. Wah kami rasa dalam mimpi saja. Aku segera menjepit kulitku.....outch sakit. Ternyata aku tidak menghayal dan bukan mimpi namun ini adalah sebuah unforgetable experience. Welcome back in Batusangkar. Kota sejuk dan berbudaya yang telah menyatu dengan  kalbuku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun