Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengapa Narsis?

7 Oktober 2021   19:12 Diperbarui: 8 Oktober 2021   09:06 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: well.blogs.nytimes.com

Namun jika terjadi hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka narsis akan merendahkan orang atau hal-hal di luar dirinya.

Misalkan, pasien datang menampilkan diri lemah sebagai korban perlakuan medis yang salah. Dalam ceritanya dia menjelek-jelekkan dan merendahkan tenaga-tenaga medis yang selama ini merawatnya, ia menyebut semuanya tidak kompeten dan bodoh, yang tidak paham merawat orang seperti dirinya.

Pola pangasuhan membentuk Narsis

Ramani Durvasula menyampaikan pola pengasuhan juga menjadi penyebab munculnya narsisisme. Pola pengasuhan yang tidak penuh mendampingi kebutuhan fisik dan mental anak. Orang tua mengabaikan kebutuhan emosional tapi memberikan kebutuhan fisik secara berlebihan atau memanjakan anak secara material. 

Contohnya, orang tua sering memanjakan anak dengan bepergian ke berbagai tempat, tapi mengabaikan kebutuhan emosional anaknya. Ketika anak merasa sedih, tidak ada pemahaman dan usaha menenangkan anak dari orang tua. Ketika anak takut tidak ditemani.

Akibatnya anak memandang bahwa kebutuhan emosional tidak penting; yang penting hanyalah apa yang tampak secara fisik. Lalu, mereka lebih terfokus memoles tampilannya agar tampak bagus, dari pada memahami kondisi afeksi dirinya sendiri.

Narsis juga bisa terbentuk dari pengasuhan oleh orang tua yang narsis. Orang tua yang narsis akan memberikan perlakuan buruk dan merendahkan anaknya. 

Selain itu, narsis juga bisa mengalami pengalaman traumatik terkait kekerasan pada masa kecilnya. Pada kelanjutannya, narsis akan menggunakan cerita kelamnya untuk mencari simpati dan perhatian dari orang di sekelilingnya, atau membuat pasangannya jatuh iba dan mau mentolerir sikap kasarnya.

Bersambung di tulisan "Melampaui Narsis"

Penulis: Margaretha

Mahasiswa di the University of Melbourne

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun