Namun jika terjadi hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka narsis akan merendahkan orang atau hal-hal di luar dirinya.
Misalkan, pasien datang menampilkan diri lemah sebagai korban perlakuan medis yang salah. Dalam ceritanya dia menjelek-jelekkan dan merendahkan tenaga-tenaga medis yang selama ini merawatnya, ia menyebut semuanya tidak kompeten dan bodoh, yang tidak paham merawat orang seperti dirinya.
Pola pangasuhan membentuk Narsis
Ramani Durvasula menyampaikan pola pengasuhan juga menjadi penyebab munculnya narsisisme. Pola pengasuhan yang tidak penuh mendampingi kebutuhan fisik dan mental anak. Orang tua mengabaikan kebutuhan emosional tapi memberikan kebutuhan fisik secara berlebihan atau memanjakan anak secara material.Â
Contohnya, orang tua sering memanjakan anak dengan bepergian ke berbagai tempat, tapi mengabaikan kebutuhan emosional anaknya. Ketika anak merasa sedih, tidak ada pemahaman dan usaha menenangkan anak dari orang tua. Ketika anak takut tidak ditemani.
Akibatnya anak memandang bahwa kebutuhan emosional tidak penting; yang penting hanyalah apa yang tampak secara fisik. Lalu, mereka lebih terfokus memoles tampilannya agar tampak bagus, dari pada memahami kondisi afeksi dirinya sendiri.
Narsis juga bisa terbentuk dari pengasuhan oleh orang tua yang narsis. Orang tua yang narsis akan memberikan perlakuan buruk dan merendahkan anaknya.Â
Selain itu, narsis juga bisa mengalami pengalaman traumatik terkait kekerasan pada masa kecilnya. Pada kelanjutannya, narsis akan menggunakan cerita kelamnya untuk mencari simpati dan perhatian dari orang di sekelilingnya, atau membuat pasangannya jatuh iba dan mau mentolerir sikap kasarnya.
Bersambung di tulisan "Melampaui Narsis"
Penulis: Margaretha
Mahasiswa di the University of Melbourne