Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengapa Narsis?

7 Oktober 2021   19:12 Diperbarui: 8 Oktober 2021   09:06 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: well.blogs.nytimes.com

Diagnosa Gangguan Kepribadian Narsisisme

Panduan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V oleh American Psychiatric Association(2015) menyatakan bahwa gangguan kepribadian narsisisme ditandai dengan adanya pola pikir yang merasa dirinya besar/hebat secara berlebih (grandeur) baik dalam fantasi atau perilaku, kebutuhan untuk terus menerus dikagumi, dan kurangnya empati, muncul sejak masa dewasa awal dan hadir selalu dalam berbagai konteks hidup.

Gangguan ditunjukkan oleh lima (atau lebih) dari 9 kriteria berikut:

  1. Memiliki perasaan mementingkan diri sendiri yang berlebihan (mis., melebih-lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul walaupun tanpa bukti keberhasilan yang sepadan).
  2. Disibukkan dengan fantasi keberhasilan, kekuatan, kecemerlangan, keindahan, atau cinta yang ideal.
  3. Percaya bahwa dia "istimewa" dan unik dan hanya bisa dipahami oleh, atau harus bergaul dengan, orang-orang istimewa atau berstatus tinggi (atau institusi) lainnya.
  4. Membutuhkan dikagumi orang lain secara berlebihan.
  5. Merasa memiliki hak untuk mendapatkan keinginannya (yaitu, harapan yang tidak masuk akal terutama untuk mendapatkan hal-hal yang menguntungkannya, misalkan perlakuan khusus atau kepatuhan orang di sekitarnya untuk memenuhi semua harapannya).
  6. Melakukan perilaku eksploitatif dalam relasi interpersonal (yaitu, mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri).
  7. Kurang empati: tidak mau memahami atau mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain.
  8. Sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya.
  9. Menunjukkan sikap arogan, perilaku angkuh atau sikap buruk pada orang lain.

Jika semua kriteria terpenuhi, dan telah dinilai secara obyektif oleh tenaga kesehatan mental professional (dokter spesialis jiwa atau psikolog klinis), maka baru diagnosa gangguan kepribadian narsisisme dapat ditegakkan. 

Diagnosa tidak bisa dilakukan tanpa bantuan dari tenaga profesional klinis. Artinya, kita tilak bisa mudah melabel orang "Narsisistik'.

Apakah semua narsis memiliki gangguan mental?

Jika kriteria tidak diagnosa tidak bisa ditegakkan (kurang dari 5), maka kita hanya bisa menyatakan bahwa individu memiliki kecenderungan karakter narsisisme. 

Karakter narsisistik ada derajatnya, dari ringan, menonjol hingga sangat berat. Maka perlu dilihat juga, dimana level karakter narsisistik yang dimunculkan seseorang. 

Batas resiko gejala narsisisme menjadi gangguan klinis adalah ketika seseorang secara berlebih mengutamakan perilaku narsisisme, rigid-tidak fleksibel, menyebabkan stress negatif dan mengganggu fungsi hidup sehari-hari (misalkan, tidak mampu mempertahankan relasi atau pekerjaan atau melanggar hukum karena menipu dan korupsi). 

Bahkan seorang dengan karakter narsis masih bisa adaptif, jika mampu mengelola karakter narsisistiknya secara fungsional.

Perlu dipahami bahwa gangguan narsisistik biasa didiagnosis pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Ahli psikologi klinis jarang memberikan diagnosa gangguan kepribadian pada masa kanak-kanak, karena dianggap kepribadian anak belum menetap, masih berkembang dan dapat berubah hingga ke masa remaja akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun