Inilah varian rendang yang mendunia. Rendang daging sapi, berasal dari Padang dan sekitarnya, dimasak perlahan hingga 8 jam, hingga kuahnya menghitam dan bumbunya meresap sempurna.Â
Daging sapi yang keras pun jadi empuk, dan rasanya kompleks, mulai dari gurih, pedas, dan manis yang samar. Tak ada pengawet buatan, tapi bisa tahan berminggu-minggu. Bumbunya lengkap, seperti lengkuas, serai, bawang, jahe, santan, bagaikan simfoni rempah tropis.
2. Rendang ayam
Di banyak nagari seperti Solok dan Bukittinggi, rendang ayam menjadi alternatif yang lebih sederhana. Ayam kampung dimasak dengan bumbu serupa, tapi waktu masaknya lebih singkat.
Hasilnya lebih berkuah dan ringan, cocok untuk disantap dengan ketupat atau nasi panas. Bagi sebagian keluarga, rendang ayam jadi andalan saat lebaran atau syukuran kecil-kecilan.
3. Rendang lokan
Wilayah Pariaman dan Pasaman Barat punya versi laut dari rendang bernama rendang lokan, berbahan kerang air tawar yang besar. Lokan ini kenyal, gurih, dan menyerap bumbu dengan baik.Â
Biasanya rendang lokan disajikan dalam upacara adat pesisir, menjadi simbol penyatuan hasil bumi dan laut.
4. Rendang itik
Di Koto Gadang, Agam, rendang itik atau bebek dimasak dengan lado hitam, cabai hitam khas Minang. Teksturnya padat, aromanya tajam, warnanya gelap dan sedikit berminyak.Â
Biasanya disajikan saat upacara adat, baralek, atau dikirim kepada perantau sebagai penawar rindu kampung halaman. Orang setempat menyebutnya rendang itiak lado hitam.
5. Rendang telur
Ada dua versi, telur rebus yang dimasak seperti rendang, atau versi populer, telur dadar tipis yang digoreng kering, lalu dibumbui seperti rendang.Â
Versi ini praktis dan awet, cocok untuk bekal perjalanan atau parcel lebaran. Dari Bukittinggi hingga Payakumbuh, rendang telur jadi solusi pintar untuk lauk harian.
6. Rendang pakis
Di daerah Agam dan Tanah Datar, daun pakis muda dijadikan rendang. Rasanya agak pahit, tapi justru itu daya tariknya.Â