Tan Malaka tidak hanya berpikir, tetapi juga bertindak. Dalam Dari Penjara ke Penjara, ia mencatat pengalaman revolusionernya dari berbagai negeri dan bagaimana teori sosialisme harus diuji dalam praktik perjuangan nyata[7]. Pandangan ini menjadikan sosialisme bukan sekadar wacana, melainkan cara hidup dan perjuangan yang menyeluruh.
Â
1.4 Sosialisme sebagai Proyek Emansipatoris
 Dengan menjadikan sosialisme sebagai proyek emansipatoris, Tan Malaka menempatkan rakyat sebagai subjek utama sejarah. Ia menolak kompromi dengan kekuatan kolonial dan menuntut kemerdekaan 100% sebagai bentuk pembebasan sejati[8].
 Dalam konteks kekinian, gagasan ini masih relevan. Di tengah neoliberalisme dan ketimpangan sosial yang terus meningkat, sosialisme ilmiah yang berbasis pada realitas objektif dan logika kritis dapat menjadi jalan keluar dari krisis multidimensional.
Â
Bab 2: Materialisme Historis dan Dialektika sebagai Alat Analisis
Â
2.1 Materialisme Sebagai Landasan Ilmiah Perjuangan
Â
Materialisme historis merupakan pendekatan ilmiah dalam memahami perubahan masyarakat berdasarkan kondisi material, bukan ide atau kehendak individu semata. Menurut Karl Marx, "kesadaran bukan yang menentukan keberadaan sosial, melainkan keberadaan sosiallah yang menentukan kesadaran."[9] Tan Malaka menerima prinsip ini dan mengadaptasinya dalam konteks Indonesia yang feodal-kolonial.