5.3 Ekonomi Berjuang: Basis Kemandirian Politik
Â
Satu hal yang membedakan Tan Malaka dari banyak tokoh kiri lainnya adalah penekanannya pada ekonomi perjuangan. Ia memahami bahwa tanpa basis ekonomi yang mandiri, politik revolusioner akan rapuh. Dalam Gerpolek dan karya-karya lainnya, ia menyarankan dibentuknya koperasi rakyat, sistem distribusi lokal, dan produksi komunitas sebagai bentuk pembebasan ekonomi dari dominasi kolonial dan pasar luar[25].
Sosialisme Tan Malaka tidak menunggu sampai negara berubah, tapi dibangun dari bawah: rakyat menciptakan sistem ekonomi alternatif yang lebih adil dan kolektif, sambil terus melawan secara politik. Inilah sosialisme praktis yang dimaksudnya melibatkan rakyat dalam proses produksi, distribusi, dan pembentukan nilai.
 Â
5.4 Musuh Ganda: Kapitalisme dan Elitisme
Â
Dalam berbagai tulisannya, Tan Malaka secara konsisten menyebut dua musuh utama revolusi Indonesia: kapitalisme internasional dan elitisme nasional. Kapitalisme internasional hadir dalam bentuk perusahaan-perusahaan kolonial, investasi asing, dan ketergantungan teknologi. Sementara elitisme nasional muncul dari kaum intelektual dan politikus yang memisahkan diri dari rakyat, hanya sibuk dalam urusan parlemen atau kabinet[26].
Muslihat politik yang sejati, menurut Tan Malaka, harus membongkar keduanya secara dialektis: melawan dominasi asing tanpa tunduk pada elit kolaborator. Ia bahkan menyarankan agar revolusi tidak hanya menyasar struktur kolonial, tapi juga membangun kader-kader rakyat yang mampu memimpin secara ideologis dan teknis[27].
Â
5.5 Sosialisme Bukan Dogma, Tapi Metode