Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.4 Dialektika dalam Gerakan Rakyat

 

Tan Malaka mengusulkan agar dialektika tidak hanya menjadi teori di kepala, tapi diterapkan dalam gerak organisasi dan aksi massa. Ia menekankan bahwa setiap perubahan sosial pasti mengandung kontradiksi internal yang harus dikenali dan ditanggapi dengan cerdas, bukan ditolak atau dihindari.

 Misalnya, dalam perjuangan kemerdekaan, kontradiksi antara kaum nasionalis konservatif dan kaum revolusioner progresif tidak dapat didamaikan secara kompromi pasif. Dialektika mengajarkan bahwa kemajuan lahir dari benturan itu sendiri, sehingga revolusi adalah jalan niscaya dan bukan sekadar pilihan.

 

2.5 Kontribusi Madilog dalam Tradisi Intelektual Indonesia

 

Karya Madilog bukan hanya tonggak dalam pemikiran Tan Malaka, tetapi juga sebuah seruan agar bangsa Indonesia membangun metode berpikir ilmiah dan kritis. Dalam situasi di mana ilmu pengetahuan sering kali dimonopoli elit atau dilemahkan oleh dogma agama dan adat yang konservatif, Madilog hadir sebagai "manifesto pencerahan" di tengah kegelapan kolonialisme[13].

 Dengan menggabungkan materialisme, dialektika, dan logika, Tan Malaka membangun kerangka epistemologis untuk revolusi yang tidak hanya politis tetapi juga kognitif. Ia menunjukkan bahwa membebaskan rakyat harus dimulai dengan membebaskan cara berpikir mereka.

 

Bab 3: Aksi Massa dan Kesadaran Revolusioner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun