Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3.3 Kesadaran Kelas: Dari Emosi ke Rasionalitas

 

Salah satu aspek penting dalam Aksi Massa adalah transformasi dari kesadaran spontan (emosional) menjadi kesadaran kelas (rasional). Tan Malaka menyadari bahwa banyak aksi rakyat bersifat reaktif dan sporadis. Karena itu, tugas kaum revolusioner adalah membimbing arah gerakan agar tidak berhenti pada ledakan, tetapi menjadi kekuatan transformatif.

 Ia menulis, "Ledakan tanpa organisasi adalah seperti kembang api: terang sekejap, lalu padam." Maka, pendidikan politik menjadi komponen utama dalam membangun kesadaran revolusioner. Dalam konteks ini, Madilog berperan sebagai fondasi rasional untuk memperkuat basis ideologis aksi-aksi massa[17].

 

3.4 Organisasi sebagai Tulang Punggung Perjuangan

 

Tan Malaka menekankan pentingnya organisasi revolusioner yang mampu mengartikulasikan kepentingan massa secara kolektif. Namun, ia tidak menyukai bentuk organisasi yang birokratis dan jauh dari rakyat. Ia lebih menyukai organisasi yang fleksibel, militan, dan dibangun dari bawah[18].

Dalam Dari Penjara ke Penjara, ia menceritakan bagaimana ia membangun organisasi-organisasi buruh dan tani secara rahasia, menggunakan berbagai nama samaran dan taktik gerilya politik. Hal ini menunjukkan pemahamannya yang dalam tentang organisasi sebagai alat perjuangan, bukan tujuan itu sendiri.

 

3.5 Aksi Massa dan Etika Revolusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun