Â
Tan Malaka memandang revolusi bukan hanya sebagai strategi politik, tetapi juga sebagai tindakan etis untuk membebaskan umat manusia dari penindasan. Oleh sebab itu, aksi massa harus dijalankan dengan prinsip keadilan dan penghargaan terhadap martabat manusia.
 Ia mengecam tindakan kekerasan yang tidak memiliki arah politis yang jelas. Baginya, revolusi harus rasional dan terarah, bukan sekadar pelampiasan kemarahan. Inilah yang membedakannya dari banyak tokoh sezamannya, yang sering kali memanfaatkan kekerasan massa untuk kepentingan pribadi atau kelompok elit[19].
Â
Bab 4: Logika Perlawanan: Dari Penjara ke Penjara dan Gerpolek
Â
4.1 Politik sebagai Seni Bertahan dan Menyerang
Â
Perjuangan revolusioner bukan hanya soal teori dan massa, tetapi juga tentang kecakapan menghadapi kenyataan yang keras dan berubah-ubah. Dalam Dari Penjara ke Penjara, Tan Malaka mengisahkan perjalanan hidupnya melintasi berbagai negara dan penjara, memperlihatkan bahwa perjuangan tidak pernah linier. Ia menyebut pengalaman ini sebagai "universitas kehidupan revolusioner" yang mengajarinya realitas politik lebih dalam daripada sekadar buku-buku teori[20].
 Melalui pengalaman itu, Tan Malaka belajar bahwa politik adalah seni membaca momentum, menentukan posisi, dan merumuskan strategi secara logis, bukan sekadar berpegang pada dogma atau idealisme kosong. Ia menekankan pentingnya logika dan fleksibilitas dalam menentukan kapan harus bertahan dan kapan harus menyerang, kapan berkompromi, dan kapan mutlak menolak.
Â