Mohon tunggu...
Muhammad Adhien
Muhammad Adhien Mohon Tunggu... Amann

Anak desa yang dituntut untuk mengirim pesan rakyat lapisan bawah kepada yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Abstraksi Nalar Komputasional Tan Malaka

2 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 2 Juni 2025   04:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosialisme secara umum merujuk pada sistem sosial dan ekonomi yang menekankan kepemilikan kolektif atas alat produksi, distribusi kekayaan yang merata, dan penghapusan eksploitasi manusia atas manusia[2]. Namun, ketika diterapkan dalam konteks Indonesia, sosialisme mengalami transformasi yang dipengaruhi oleh sejarah kolonial, budaya lokal, serta perjuangan kemerdekaan.

 Tan Malaka memahami sosialisme bukan sebagai ide dogmatis dari Eropa, tetapi sebagai alat pembebasan yang kontekstual. Dalam Aksi Massa, ia menyatakan bahwa revolusi sosial di Indonesia harus berakar pada penderitaan rakyat serta potensi yang ada di dalamnya, bukan sekadar meniru praktik sosialisme Barat[3].

 

1.2 Sosialisme di Era Kolonial: Antara Teori dan Praktik

 

Pada awal abad ke-20, sosialisme mulai menyebar di kalangan intelektual pribumi melalui organisasi seperti Sarekat Islam dan kemudian Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun banyak dari gerakan tersebut terjebak dalam konflik internal, strategi elit, atau tekanan dari kekuatan kolonial[4].

Tan Malaka, sebagai anggota awal PKI dan utusan Komintern, melihat perlunya menyinergikan semangat revolusioner dengan basis ilmu pengetahuan. Ia menolak pendekatan yang terlalu bergantung pada Rusia atau Belanda dan mengusulkan versi sosialisme yang sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia, yang masih terkungkung dalam struktur feodal dan kolonial[5].

 

1.3 Tan Malaka: Sosialis Ilmiah dan Revolusioner

 

Peran Tan Malaka dalam sejarah sosialisme Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upayanya membumikan sosialisme ilmiah. Ia adalah figur yang mengintegrasikan materialisme dialektika dan logika ilmiah dalam perjuangan kelas. Dalam Madilog, ia menyatakan bahwa tanpa kemampuan berpikir logis, rakyat Indonesia akan terus dibelenggu oleh mitos, dogma, dan elite yang korup[6].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun