Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Media sosial yang sebenarnya menjadi tempat untuk berinteraksi, mengenal orang dengan lebih luas justru dapat berakibat fatal. Bahkan hanya dengan menggunakan media sosial dapat berdampak depresi kepada seseorang. Depresi adalah gangguan yang akan menjadikan distress sehingga memengaruhi perasaan,  cara  berfikir,  dan  mengganggu  aktivitas  sehari-hari  seperti  tidur,  makan serta  pekerjaan  (National  Institute  of  Mental  Health,  2015).  Menurut  WHO  pada  tahun 2015, depresi adalah salah satu penyebab utama disabilitas fungsional di dunia.
Pernahkah kamu mendengar istilah "mulutmu harimaumu"?. Di era digital sekarang tentunya dengan penggunaan berbagai teknologi, salah satunya media sosial dapat mengangkat kembali istilah tersebut. Meski bukan lisan yang berperan, tetapi digantikan dengan jemari. Di era digital sekarang tentunya semua orang pernah memakai dan aktif dalam menggunakan media sosial. Salah satu yang mengambil peran besar di media sosial tentunya adalah remaja.
Remaja saat ini menghadapi lingkungan digital yang semakin kompleks dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Tiktok menyediakan platform untuk interaksi sosial, berbagi pengalaman, dan membangun identitas online.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berkontribusi pada peningkatan kecemasan dan depresi  pada  remaja.  Media  sosial  sering  kali  menjadi  platform  di  mana  remaja  rentan  terhadap cyberbullying dan perbandingan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi diri dan harga diri mereka (Imani et al., 2021). Menurut WHO (Word Health Organization) tahun 2024 Secara global, diperkirakan satu dari tujuh (14%) anak berusia 10--19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental (1) , namun kondisi ini sebagian besar belum dikenali dan belum diobati. Tentunya dengan seseorang yang mengalami depresi memiliki respon yang berbeda-beda kepada setiap penderita depresi, salah satu akibat paling buruk dalam adalah bunuh diri. Menurut WHO (Word Health Organization) "Digital media, like any other media, can play a significant role in either enhancing or weakening suicide prevention efforts." (Media digital, seperti media lainnya, dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan atau melemahkan upaya pencegahan bunuh diri).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI