Perempuan itu menangis tanpa suara, percakapan sore ini terasa panas, walaupun di kamar kecil itu ada bunyi dari dinginnya ac.Â
Tak pernah berharap apalagi bermimpi tentang kepura-puraan yang seperti ini. Seperti tidak ada teman, tapi bukan pula musuh. Terlalu gamang, hanya dijadikan bahan pelengkap.
Barangkali lebih baik tak pernah ada, tapi perempuan itu tak bisa memilih untuk dilahirkan bukan. Hidup bersama dengan kesendirian. Terlalu banyak catatan-catatan yang menjadi rekam jejak perempuan itu. Tapi kenapa hanya selalu salah dan salah yang ada.
Sebisa mungkin menjadi pelengkap dan penyembuh dari kebutuhan-kebutuhan yang terlihat. Namun siapa yang menjadi penyembuh bagi perempuan itu? Sudah sangat banyak yang ingin dihapus perempuan itu dalam perjalanan hidup. Dan sangat-sangat banyak yang ingin dihapus dan terhilang.Â
Suatu hari, perempuan itu ingin merasa merdeka dan memiliki catatan-catatan yang menjadi rekam jejak dengan banyak warna yang manis dan tidak selalu tentang hitam dan hitam. Tidak pula tentang kesendirian, kepura-puraan, luka, lara dan air mata.Â
Di sore yang entah kapan, masih di kamar kecil yang sama kah seperti sore ini? Masih dengan bunyi ac yang sama kah, hanya berharap keadaan tidak seperti sore ini. Perempuan itu ingin merasakan damai walau tetap masih sendirian. Dan bisa menulis catatan-catatan manis dalam rekam jejak kehidupan.
***
Rantauprapat, 16 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI