Kau seperti daun layu diterbangkan angin, tak berguna. Tapi seringkali harus berkompromi terhadap dirimu, memuakkan memang.
Kasih sayang tak lekang oleh waktu, ingin menghidupi itu terhadap kamu.
Duka dan keluh kesah selalu ada, cobalah untuk membersihkan bodo amat
Banyak kata-kata yang berhamburan, banyak jiwa yang terserak, terbunuh oleh pedang yang mematikan.
Kisah horor yang mematikan, masih dalam cerita yang suram. Kenapa harus kembali, kenapa dan kenapa?
Yang ada hanya amarah, keegoisan yang membabi-buta tanpa memikirkan susahnya yang lain. Dahulu suram, kemarin suram, hari ini? entahlah.
Muak, lelah, terperangkap. Hidup tapi mati, mati tapi hidup. Aku dan dua kebisingan yang tak lagi rahasia.
Celaka, entah pergi dan lari ke mana harapan yang disemogakan? Yang ada hanya gaduh dan keotoriteran.
Ingatan hari ini, ingatan tentang perempuan yang sering sekali merendahkan, mengeluarkan huruf-huruf mati dan membunuh dengan perkataan yang pedas.
Aku ingin tidur Tak berjaga Ucapan yang buatku tak merdeka
Tak ada angin Utara dan Selatan yang bertiup di kebun hatiku karenamu, entah apa yang mesti kulakukan tiba-tiba kembali dan mengganggu malamku?
Lucu, selalu menyebut cinta, cinta, cinta dan cinta, yang menjadi faktor kehidupan itu bullshit. Hanya ego dan tak pernah berbagi.
Hanya benar-benar menerka, mengira-ngira, perasaan nyaman yang menggoda.
Menyia-nyiakan hidup, sibuk dengan waktu luang yang penuh kekonyolan. Tak ada cinta yang dihargai.
Bu, apa yang kau pikirkan tentang kami anak-anakmu kala kekejaman dunia memberi kehilangan?
Banyak air mata yang tumpah. Musim dingin yang menusuk. Pendosa yang angkuh. Tak memiliki rasa bersalah.
Kau sudah seperti itu, kali kesekian selama puluhan tahun hidup mendengar kalimat yang membunuh'dan terasa di jurang maut.
Terlalu panjang jeda antar kesadaran dan tanggung jawab, bajingan yang harusnya menjadi kepatutan malah jatuh pada dosa yang merayu.
Tanpa malu, datang dengan wajah tanpa dosa. Mengumpat dan mengumpat
Damn, hari ketiga belas bulan keenam tahun dua ribu dua puluh tiga, sejarah yang dahulu kembali terulang