Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Subulussalam 63 Tahun, Dari Jalan Kedamaian Menuju Jalan Kesejahteraan?

15 September 2025   11:48 Diperbarui: 15 September 2025   11:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, Memimpin Upacara Hari Jadi Kota Subulussalam Ke-63, Minggu, (14/9/2025). (Foto: AJNN/Humas Pemerintah Aceh)

Pengendalian banjir juga harus dijadikan prioritas. Kanal Lae Souraya jangan hanya menjadi proposal. Jika terealisasi, ia bukan hanya mencegah kerugian warga, tetapi juga membuka ruang baru untuk irigasi dan pertanian. 

Infrastruktur lingkungan seperti ini bisa menjadi investasi jangka panjang yang lebih berharga daripada proyek-proyek jangka pendek.

Politik anggaran perlu diperbaiki. Tidak boleh lagi ada keterlambatan APBK atau tunggakan listrik miliaran rupiah. Anggaran adalah cermin keseriusan pemerintah dalam mengelola kota. Jika keuangan tertib, maka pembangunan bisa berjalan lancar. Disiplin fiskal adalah fondasi menuju kesejahteraan.

Selain itu, "Sada Kata" harus dihidupkan kembali bukan sekadar slogan, tetapi praktik nyata. Persatuan lintas kecamatan, lintas suku, lintas kepentingan politik harus diperkuat. 

Tanpa persatuan, pembangunan hanya akan jadi ajang rebutan proyek. Dengan persatuan, kota ini bisa bergerak lebih cepat menuju kesejahteraan.

Jalan menuju kesejahteraan memang berat, tetapi bukan mustahil. Subulussalam punya modal besar: damai, kaya alam, dan masyarakat yang masih memegang erat nilai kebersamaan. Modal ini harus ditransformasikan menjadi kebijakan cerdas dan tindakan nyata.

Penutup

Enam puluh tiga tahun adalah usia yang matang untuk sebuah kota yang terus mencari jati dirinya. Subulussalam sudah membuktikan bahwa ia bisa menjaga kedamaian. Namun, kedamaian saja tidak cukup. Masyarakat butuh kesejahteraan yang nyata: pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak sehat tanpa stunting, desa tanpa isolasi, dan anggaran yang transparan.

Momen hari jadi ini seharusnya bukan hanya seremoni. Ia adalah saat yang tepat untuk bertanya: apakah nama besar itu sudah hidup dalam kenyataan? Apakah Subulussalam benar-benar sudah menapaki jalan kesejahteraan?

Pertanyaan itu harus dijawab bukan oleh pejabat atau elite politik semata, tetapi oleh seluruh warga. Karena pada akhirnya, Subulussalam adalah rumah bersama, dan rumah ini hanya akan nyaman jika semua penghuninya bisa hidup damai sekaligus sejahtera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun