Dengan kata lain, fenomena job hugging di kalangan ASN bukan hanya soal ekonomi atau regulasi, tetapi juga mentalitas dan budaya kerja yang perlu dibenahi.
Jalan Tengah: Dari Job Hugging ke Job CraftingÂ
Menyikapi fenomena ini, salah satu jalan tengah yang bisa ditempuh adalah mendorong ASN untuk melakukan job crafting. Konsep ini mengacu pada upaya individu untuk memaknai ulang pekerjaannya, menemukan ruang untuk berinovasi, dan menciptakan nilai baru dalam rutinitas sehari-hari.Â
Dengan begitu, bertahan di pekerjaan tidak lagi identik dengan stagnasi, tetapi menjadi peluang untuk berkembang.
Job crafting bisa dimulai dari hal sederhana, seperti mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas administrasi atau meningkatkan kualitas interaksi dengan masyarakat.Â
ASN yang melakukan job crafting akan menemukan kepuasan batin meskipun secara formal posisinya tetap sama. Hal ini juga sejalan dengan semangat reformasi birokrasi yang mendorong pelayanan publik lebih humanis dan efisien.
Pemerintah memiliki peran besar dalam mendorong perubahan ini. Program pelatihan, insentif berbasis kinerja, serta sistem reward--punishment yang adil dapat menjadi pemicu agar ASN yang job hugging terdorong untuk lebih produktif. Jika ASN merasa upaya mereka diapresiasi secara nyata, motivasi kerja akan meningkat.
Selain itu, pemanfaatan teknologi digital harus terus digalakkan. ASN yang terbiasa dengan pola lama perlu diberikan pendampingan agar tidak merasa tertinggal. Transformasi digital tidak boleh hanya dipandang sebagai kebijakan struktural, tetapi juga sebagai ruang bagi ASN untuk mengembangkan keterampilan baru.
Dengan pendekatan seperti ini, fenomena job hugging tidak lagi menjadi penghambat, tetapi bisa diubah menjadi pijakan untuk menciptakan birokrasi yang lebih inovatif dan responsif.
PenutupÂ
Fenomena job hugging di kalangan ASN memang memiliki dua wajah. Di satu sisi, ia menjadi penopang stabilitas birokrasi dan pelayanan publik. Namun, di sisi lain, jika dibiarkan tanpa arah, ia bisa berubah menjadi ancaman serius bagi reformasi birokrasi.
Jawabannya bergantung pada bagaimana ASN dan pemerintah mengelola situasi ini. Jika job hugging hanya melahirkan zona nyaman, maka stagnasi akan mendominasi. Tetapi jika masa bertahan dimanfaatkan untuk berinovasi dan beradaptasi, maka birokrasi justru akan semakin kuat.
Pada akhirnya, ASN bukan sekadar profesi yang aman, melainkan garda depan pelayanan publik. Tugas mereka bukan hanya hadir, tetapi juga memberikan solusi. Job hugging seharusnya tidak menjadi alasan untuk berhenti berkembang, melainkan kesempatan untuk menemukan makna baru dalam pengabdian kepada masyarakat.