Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Bayang-bayang Nestapa

8 Januari 2024   18:41 Diperbarui: 8 Januari 2024   18:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar:  irishtimes.com 

Bayang-bayang Nestapa

Oleh: Julianda BM

Dalam selubung senja, sunyi berbisik nestapa,
Bayang-bayang menari, siluet duka tanpa warna. 
Wajahmu membekas, di kelopak mata yang berair, 
Senyummu terbayang, menusuk luka seperti paku sair.

Langkahku lunglai, di lorong kenangan yang kelam, 
Tiap sudut berbisik, kisah cinta yang terendam. 
Aroma rambutmu, masih menggantung di udara senyap, 
Suara tawamu, gema hantu yang tak kunjung padam.

Bunga-bunga mimpi, kini mawar berduri duka, 
Tiap kelopak mekar, tusuk duka menyiksa. 
Langit senja menangis, awan kelabu berarak, 
Hatiku tetesan tinta, menulis nestapa di lembar takdir.

Oh, bayang-bayang, kau pencuri cahaya mentari, 
Membiarkan jiwaku merayap, di sudut mimpi yang suri. 
Bisikanmu racun, menggerogoti tiap asa, 
Tinggal duka mengering, di tanah gersang tanpa makna.

Aku berteriak, tapi tak ada yang mendengar, 
Bayangmu memekik, tawa hantu yang kian liar. 
Dalam kelam nestapa, kutemukan diriku sendiri, 
Bayang-bayangku sendiri, hantu cinta yang abadi.

Malam pun tiba, selimut duka membentangkan sayap, 
Bayang-bayang mendekap, dalam mimpi gelap tak bertepi. 
Semoga fajar datang, dengan cahaya yang berani, 
Membasuh bayang-bayang, agar jiwaku kembali suci.

Tapi apa daya, jika fajar tak lagi bersahabat, 
Dan bayang-bayang menjadi raja, di istana hati yang remuk redam? 
Akankah aku tenggelam, dalam nestapa tanpa akhir, 
Bayang-bayang menjadi belenggu, cinta yang menjerat dan menyiksa?

Oh, Tuhan, tolong bebaskanlah aku, 
Dari belenggu mimpi, dari hantu cinta yang tak kunjung sirna. 
Semoga di suatu senja, bayang-bayang lenyap tertiup angin, 
Dan hatiku, kembali berdetak, dengan cinta yang baru dan jernih.

==JBM==

Subulussalam, (08/01/2024)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun