Sudah belasan tahun dia mengenal keluarga ini. Saat itu keluarga Pras adalah penduduk baru di Kampung Rejo. Karena rumah mereka bersebelahan, setiap sore Pras selalu melihat Bella bermain sendiri di halaman rumahnya. Timbullah sifat jahil laki-laki yang empat tahun lebih tua dari Bella.
"Ih, siapa, sih, yang lempar!"
Mendengarnya Pras kecil terkikik, lalu menyembunyikan tawa itu di balik telapak tangannya, hingga pipinya mengembang dan wajah memerah.
Kurang puas, dua buah rambutan yang terjatuh belum pada saatnya, dia lempar ke arah gadis kecil itu. Kali ini lemparannya tepat sekali. Salah satu rambutan menghantam gundukan pasir yang Bella buat menyerupai gunung hingga runtuh. Seketika Pras tertawa dan tak dapat ditahan lagi melihat wajah marah dan mata berkaca Bella saat itu.
"Mama ...!" Bella kecil teriak seraya menangis. Tangan mungilnya masih menggenggam skop dan ember kecil.
Rambut berponi dengan bando berhias kupu-kupu kecil. Baju terusan sampai lutut tanpa lengan berwarna biru. Yah, Pras ingat sekali penampilan Bella di pertemuan pertama itu.
Selang beberapa waktu seorang wanita keluar dari rumah bercat putih. Di tangannya sepiring pisang goreng memanggil untuk dimakan.
"Kenapa, Sayang, kok, nangis?" Tangan satunya menyeka air mata bercampur keringat di pipi putri kecilnya.
"Itu, Ma, ada yang nakal," sahut Bella, terisak.
Tangannya mengacung ke arah pohon rambutan. Seorang anak kecil sedang tertawa. Sarah tersenyum.
"Nak, sini! Tante punya punya pisang goreng, nih. Kita makan sama-sama, yuk!" teriak Sarah, tangannya melambai ke anak itu.