Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Spionase

3 Maret 2018   15:15 Diperbarui: 3 Maret 2018   15:23 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Carimaki ruangan lain saja pak" jawabnya memberikan solusi.

" iya,bapak yang harus cari ruangan lain, apalagi sudah dua minggu ini saya mengalah,membiarkan bapak di ruangan ini!"

"tapi tidak ada ruangan lain" jawabnya.

" Iya tapi kenapa bapak tidak berpikir dimana saya mengajar dua minggu yang lalu!" suara pak Halal mulai meninggi.

" Bapak lihat yang tertempel di di kaca ruangan itu untuk kelas yang saya ajar pak, coba perhatikan baik-baik!" sambung pak Halal.

Tak ada komentar,tak bergeming dari pendiriannya.Tak ada tanda-tanda kompromi. Pak Halal menemui wakil kepala sekolah.Wakil kepala sekolah yang tahu persis bahwa itu adalah ruangan kelas yang mesti di ajar pak Halal. Dengan tergopoh-gopoh menemui pak Ahmad Idrus. Hasilnya kelas yang di ajarnya bersama dengan dirinya angkat koper ke ruangan yang lain.

Mungkin karena dirinya merasa jengkel, siswanya diarahkan belajar di mushalla.Pak Halal lega dan bisa dengan tenang kembali mengajar.Peristiwa itu terjadi ketika sekolah kami mendapat rehab dari pemerintah daerah. Ruangan kelas yang lama dibongkar diperbarui dengan bangunan baru.Jadi rungan kelas saat itu terbatas.

Puas rasanya menerawang ke pelosok kompleks sekolah,kuberbalik kembali ke kantor. Masih tak ada orang. Kutak perduli mengambil tas dan bekal bermalam yang tergeletak di atas meja.Bau apek menyambut ketika pintu perumahan terbuka,mencoba mengamati keadaan sekitar. Tak ada yang berubah,kecuali kapuk-kapuk bantal yang berhamburan,pasti ulah si tikus. 

Baru satu minggu tak ke sekolah,tikus --tikus ini mulai membuat ulah lagi,merepotkan,gumanku kesal.Satu minggu yang lalu saya mengikuti acara karang taruna yang berjuluk kemah bakti dan getar bangdes di Baraka Enrekang.Maklum saya ketua kecamatan,jadi harus mengkordinir teman-teman kecamatan disana.Semua pengurus yang berangkat yang notabene adalah PNS telah dibuatkan surat izin. Namun saya tidak pernah menyangka bahwa kepergian saya ini akan menuai masalah dibelakang hari.

Setelah saya kembali hari saat saya akan mengajar,tiba-tiba wakil kepala sekolah itu bagai mimpi buruk memanggil saya. Katanya saya disuruh ke ruangannya kepala sekolah.Heran juga lihat mimik wajahnya wakasek ini.Tak mau tersenyum, Mungkin lagi ada masalah keluarga,tebakku.Segera bergegas berpikir saya tak punya kesalahan,namun pasti juga ada apa-apa ini,tidak biasanya dipanggil kalau tak mempunyai kesalahan. Mengucapkan salam.Disambut dengan raut wajah yang datar tanpa ekspresi.

"Duduk,pak" memulai percakapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun