Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Spionase

3 Maret 2018   15:15 Diperbarui: 3 Maret 2018   15:23 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi kapan kira-kira keadilan akan berjaya, masyarakat sudah jemu dengan ketidakadilan yang sering mereka alami?" tanyaku kembali.

"Semuanya akan terjawab pak ketika manusia kembali kepada ajaran agama masing-masing,tidak ada ajaran yang mengajarkan tentang kedzoliman !"

Aku terpekur mendengar perkataan terakhir pak Rustan. Benar . Aku membenarkan pernyataannya. Tapi kenapa manusia tak mau menjalankan ajarannya secara benar ? Pertanyaan itu terus bergelayut dalam kepalaku. Entahlah aku hanya bisa berdesah.Obrolan singkat kami berakhir ketika pak Rustan mengambil air wudhu.

           Sore itu,teman-teman kemudian berkumpul di depan perumahan. Topik pembicaraan mereka seputar tentang keadaan sekolah yang tak ada perubahan. Sejak ditinggalkannya oleh kepala sekolah yang lama. Pagar yang setiap tahun selalu dicat ketika menjelang memperingati hari kemerdekaan. Pembagian susu 3 kaleng setiap anggota guru yang mengajar mulai dari senin sampai selasa,rabu sampai kamis dan yang jumat sampai sabtu.Pada saat itu anggarannya Cuma dari dana rutin saja. Belum ada dana operasional sekolah atau BOS,belum ada program pendidikan gratis. Kebijakan kepala sekolah sekarang agak berbeda ketika teman-teman masih di pimpin kepala sekolah yang lalu.

Biasanya olok-olok teman membuat kami terpingkal-pingkal ketika itu dana BOS sering diplesetkan artinya yang mengarah  peruntukannya untuk BOSS  alias kepala sekolah.Seabrek masalah yang dihadapi dan Teman-teman guru ini sering mengeluh. Namun sekedar hanya mengeluh tak ada action nyata untuk mengakhiri kemelut ini.

Pelan namun pasti obrolan kami pun harus berakhir ketika gelap membayang.Menyalakan lampu minyak tanah,maklum beberapa bulan ini genset warga kampung sedang rusak.Suara serangga dan cacing tanah bagaikan musik merdu yang jadi penghibur kami.

Sekolah yang berada ditepi kampung suasananya akan sunyi jika malam telah menyergap.Makanan terasa nikmat ketika hawa pegunungan yang dingin juga membuat kami malas mandi sore. Biasanya kalau sudah tengah malam,teman-teman biasa mendengarkan suara-suara ganjil seperti kursi dan meja yang berderit sendiri. Suara pintu yang dibanting. Suara-suara kuda yang saling berlarian. 

Suara air mengalir dari kran ketika diperiksa tak ada bekas-bekas tetesan air.Warga kampung telah lama mengingatkan akan kejadian-kejadian aneh yang sering terjadi di sekolah ini. Namun semuanya sudah dianggap biasa. Mungkin penunggu sekolah ini Cuma ingin memberitahukan keberadaannya supaya jangan berbuat yang tidak-tidak.

Lambat laun kejadian -- kejadian seperti itu sudah kami anggap biasa dan sudah kami anggap sebagai teman.Tak ada teman guru  yang pernah di usili secara langsung kecuali bunyi-bunyi aneh itu.Malahan ada pernah teman guru yang sakit pernah katanya di obati tapi dia tidak tahu orangnya siapa. Peristiwa itu terjadi ketika sedang mengajar perasaannya tidak enak,dia memutuskan isterahat sejenak di perumahan. 

Ketika itu perumahan lagi kosong dan teman-teman guru ngobrol di depan kantor. Jadi siapa pun orang yang lewat dan masuk di perumahan itu akan kelihatan. Saat itu kepalanya terasa sangat pusing,tengah berbaring seorang nenek-nenek menghampirinya dan menayakan keadaannya. Nenek tersebut memijat kepala dan badannya sampai perasaannya kembali normal. Nenek itu pun kemudian pamit.Memutuskan untuk kembali ke ruangan mengajar,iseng-iseng bertanya pada teman

" Dimana tinggal nenek yang baru keluar dari perumahan itu tadi ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun