Ayah Calvin tak mudah akrab dengan orang lain. Namun, ia cepat akrab dengan Ryan. Dari obrolan singkat mereka, dia tahu kalau teman barunya ini dulu menekuni bisnis perkapalan. Pada akhirnya dia banting setir ke jalur bisnis lain.
Perbincangan ringan itu membawa mereka sampai ke halaman rumah Bunda Manda. Terlihat Silvi duduk di kursi teras. Perban di kaki kirinya belum dilepas. Terpandang olehnya nanah bercampur darah membasahi perban. Silvi belum bisa berjalan normal. Maka dia hanya bisa melambai pada Ayahnya.
"Sayangku..." Ayah Calvin menggendong Silvi. Menciumi keningnya.
"Ayah katanya mau masak nasi goreng." Silvi merajuk manja. Di belakang mereka, Ryan tersenyum kecil.
"Iya, Sayang. Ayah ganti perban Silvi dulu ya."
Makin besar kepercayaan Ryan. Kelembutan Ayah Calvin, sorot matanya yang penuh kesedihan, dan caranya memperlakukan Silvi dengan penuh kasih sayang telah menjadi b