Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Komunitas Blasteran Cinta Indonesia

8 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 8 Februari 2019   06:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak masalah dengan waktu. Toh dirinya tidak terikat jadwal pekerjaan selama di Indonesia. Waktunya bebas. Ia bisa menunggu Calvin kapan saja.

Menunggu Calvin? Pikirannya mengukir tanda tanya. Mengapa dia ingin sekali menunggu anak itu? Mengapa keinginannya teramat besar untuk bertemu Calvin lagi?

Entah, Tuan Effendi pun tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Satu hal yang pasti: ia ingin bertemu Calvin. Itu saja. Anak muda itu membuatnya penasaran.

Figur seperti Calvin sangat langka. Milenial yang baik, care, penyabar, dan sopan. Calvin bukan tipikal gadget autism. Beruntung sekali pria Middle East yang selalu bersamanya.

Ah, andaikan Tuan Effendi jadi pria Middle East itu. Hidupnya pasti bahagia. Begitu fokus Tuan Effendi menunggu Calvin hingga ia lupa mencari anaknya.

Sore memeluk petang. Putus asa, Tuan Effendi berjalan menuju lift. Ia berniat kembali ke penthousenya. Menutup hari dengan berdoa Novena dan meneguk cappucino. Cukup untuk hari ini.


Ting

Diiringi bunyi denting pelan, pintu lift membuka. Tuan Effendi bergegas masuk. Tak menyadari pintu lift di sebelahnya ikut terbuka.

Dari lift sebelah, keluarlah Calvin. Ia terburu-buru berjalan ke apartemennya. Calvin tiba di lantai 27 tepat ketika lift yang dinaiki Tuan Effendi berguncang naik. Takdir belum mempertemukan mereka. Jika semenit saja Tuan Effendi menunda kepergiannya, mungkin tangan takdir akan membuka.

**     

-Semesta Dokter Tian-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun