Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Komunitas Blasteran Cinta Indonesia

8 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 8 Februari 2019   06:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sempat pertanyaan itu terjawab, Calvin terbatuk. Refleks ia meraih tissue dan menangkupkannya. Calvin terbatuk beberapa kali. Tepat pada saat itu, Adeline meliriknya cemas.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Adeline lembut.

Helaian tissue dipenuhi noda darah. Calvin, Adica, dan Adeline terbelalak.

"Adica Sayang, cepat beri tahu Abimu." Adeline berkata cemas. Kekhawatiran tercermin di mata beningnya. Kekhawatiran khas seorang ibu.

"Tidak...tidak perlu. Saya baik-baik saja." Calvin mencegah, sedikit memaksakan diri.

Perasaannya berkecamuk. Ya, Tuhan, apa lagi kali ini? Mengapa ia mulai sering batuk? Awalnya ia kira hanya karena gejala flu dan efek cuaca yang tidak menentu. Bukan, ternyata bukan itu.


**    

-Semesta Tuan Effendi-

Sudah berulang kali ia bolak-balik ke lantai 27. Tujuannya hanya satu: mencari Calvin. Dalam hati Tuan Effendi memaki-maki dirinya sendiri.

Bodohnya ia lupa menanyakan nomor apartemen Calvin. Dia hanya tahu Calvin tinggal di lantai 27. Sedangkan unit di sini cukup banyak. Percuma bertanya pada penghuni lain. Mereka kelewat individualis. Jangankan menyapa, saling kenal sesama penghuni apartemen pun tidak. Kepekaan sosial telah digerus kemajuan teknologi.

Meminta bantuan resepsionis? Nihil, Tuan Effendi gengsi berurusan dengan wanita mungil itu lagi. Lebih baik dicarinya sendiri. Meski harus berkorban waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun