Berusaha tepat waktu, itulah yang coba Adica lakukan. Voila, ia berhasil. Ia kembali masuk kotak siaran dua menit sebelum siaran berjaringan berakhir. Hatinya lega.
"Pendengar, baru saja telah kita ikuti warta berita siaran berjaringan nasional. Saat ini saya, Adica Wirawan Assegaf, kembali menemani Anda di Harmoni Pagi."
Pagi-pagi mendapat gangguan dari mantan kekasih rasa pebinor, godaan setan untuk Arlita. Yonathan terus saja membujuk, merayu, mengancam, dan menjelek-jelekkan Abi Assegaf. Semua itu demi merebut hati mualaf cantik Indo-Jerman itu. Satu kata saja dipakai untuk menghina Abi Assegaf, satu patahan besar batu karang kesabaran Arlita.
"Cukup! Berhenti mengatai suamiku lemah dan mandul!" geram Arlita marah.
"Kenyataan, kan? Assegaf infertilitas sekunder, makanya anak kalian hanya satu. Sejak sakit kanker, Assegaf tak pernah lagi memberimu nafkah batin, kan?"
Gelembung kemarahan Arlita pecah. "Aku tak peduli soal itu! Aku tidak menikahi Assegaf karena dorongan biologis!"
"Arlita, pantaskah mempertahankan pria yang tak punya waktu untuk bercinta sebagai pasangan?"
"Zaki Assegaf tetap kekasih hatiku, sehat ataupun sakit. Meski dia tak mungkin lagi menyentuhku. Karena dia belahan jiwaku."
Meski pun telah kausemaikan cinta
Di balik senyuman indah