Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Pria yang Tak Punya Waktu untuk Bercinta

12 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 12 Desember 2018   06:04 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

**   

Adica terus membawakan Harmoni Pagi. Dari kotak siaran, ia masih bisa memperhatikan Abi-Umminya via aplikasi yang tersambung ke CCTV. Hatinya melagukan mada kesedihan. Penghinaan besar untuk Abi Assegaf baru saja melintas di telinganya: pria yang tak punya waktu untuk bercinta.

Hinaan Yonathan tak luput dari perhatian Abi Assegaf. Tahu siapa yang dihadapi istrinya, pria itu bersedih. Benarkah ia selemah itu? Benarkah ketidakmampuannya memberi nafkah batin untuk Arlita kelak menjadi alasan kuat untuk berpisah?

"Abi pasti sedih sekali..." gumam Adica, menaik-turunkan jarinya di layar iPhone.

"Tanpa nafkah batin, toh Abi dan Ummi tetap bahagia. Tapi..."

Jingle berakhir. Saatnya sesi closing.

"Pendengar, di studio kami waktu menunjukkan tepat pukul sembilan pagi. Itu artinya saya harus mengakhiri kebersamaan dengan Anda. Tapi jangan khawatir, tetap setia di Refrain Radio. Sesaat lagi ada rekan saya, Irene Wijaya, yang akan menemani Anda. Sukses selalu, bahagia selamanya. Saya, Adica Wirawan Assegaf, pamit undur diri."

Selesailah program Harmoni Pagi. Sejurus kemudian, Adica bangkit dari kursi siaran. Ia mainkan biolanya di bawah jendela kaca. Mengadukan resah dan gelisah lewat Symphony No 5 Beethoven.

Keasyikannya bermain biola teralih. Abi Assegaf masuk studio.

"Adica anakku, ayo ikut rapat." ajaknya.

Sontak permainan biola terhenti. Tidak salahkah Abinya? Namun, ia menurut saja saat Abi Assegaf menggandeng lengannya ke lantai atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun