Kuceritakan keprihatinanku pada Ibu, setelah sampai di rumah.
"Ibu mengerti. Sekarang mandi dan sholatlah dulu. Ibu mencoba mencari tahu, ada apa dengan mereka."
"Baik, bu."
Setelah selesai mandi dan menunaikan sholat dhuhur, aku duduk di meja makan, sedang Ibu sibuk mempersiapkan entah apa, di dapur.
"Jadi bagaimana bu. Adakah yang Ibu ketahui."
"Sabarlah dulu, minumlah lemon tea nya."
"Tapi bu ..."
Segera kuminum lemon tea buatan Ibu, agar bisa segera mendengar penjekasan Ibu. Segar, wangi. Aku membayangkan mereka juga minum lemon tea ini juga. Ahh, bagaimana ya....
"Ibunya Kania tadi kesini. Menjual daging kurban. Ibu sudah sampaikan tidak usah dijual. Makan saja dengan anak-anak. "
"Ibu sebenarnya tahu, kesulitannya. Mereka saat ini tidak punya beras dan berniat menukarnya dengan daging yang diperoleh Kania dari sekolah kalian. Padahal anak-anaknya pasti sudah lama ingin makan daging. Ibu ingin sekali memberinya beras tanpa harus membeli daging itu. Namun Ibu takut meruntuhkan harga dirinya dengan mengatakan semua itu. "
"Jadi, bagaimana cara kita menolong mereka bu?"