Bapak: Bukan Sekadar Daging yang Terurai
Bapak, kau bukan seonggok daging yang hancur,
Di makan tanah, terurai jadi pupuk bagi tanaman.
Jauh dari itu, kau abadi di hati,
Sebagai spirit, penyemangat, pemotivasi, penggerak.
Di tengah masyarakat, kau teladan yang mulia,
Di gereja, kau pancarkan kasih dan cinta.
Berbangsa dan bernegara, kau pahlawan tanpa tanda jasa,
Dedikasi dan pengabdianmu tak terhingga.
Ketekunanmu bagai baja yang kokoh,
Tak kenal lelah, demi kebahagiaan keluarga.
Kau ajarkan kami arti hidup yang sesungguhnya,
Berjuang dengan penuh semangat dan cinta.
Kini kau telah tiada, raga tak lagi bersama,
Namun kenangan indah takkan terlupa.
Suara tawamu, kasih sayangmu, dan nasihatmu,
Akan selalu kami ingat dan jadikan pegangan hidup.
Bapak, kau bukan seonggok daging yang terurai,
Kau abadi di hati, di setiap langkah kami.
Terima kasih atas semua yang kau berikan,
Semoga kau damai di surga, bersama Sang Pencipta.
Bapak, engkau bukan sekadar seonggok daging,
Yang hancur terurai menjadi pupuk bagi tanah.
Engkau abadi dalam hati, sebagai spirit yang tegar,
Penyemangat, pemotivasi, penggerak yang luhur.
Di tengah masyarakat yang bergetar,
Engkau tegak, menjulang seperti pohon yang berakar.
Demi kemuliaanMu, bapak berdiri kokoh,
Menjadi contoh yang hidup, memimpin dengan cinta dan kebijaksanaan.
Di gereja, engkau adalah teladan iman,
Mengajarkan tentang kasih dan pengampunan.
Dalam setiap langkah, dalam setiap doa,
Engkau memuliakan nama-Nya, dengan kesetiaan yang abadi.
Di negara, engkau adalah warga yang berbakti,
Mengabdi dengan setia, menjaga keadilan dan kebenaran.
Demi kemuliaanMu, engkau berjuang,
Membangun bangsa yang bersatu, dalam damai dan persaudaraan.
Bapak, dalam segala hal, engkau menuntun kami,
Menjadi manusia yang berbakti, beriman, dan berkepribadian.
Engkau adalah cahaya dalam kegelapan,
Pemimpin yang setia, mengabdi demi kemuliaan-Nya.