Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daging Kurban Kania

10 Juli 2022   19:50 Diperbarui: 10 Juli 2022   20:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diam beberapa detik, hingga seorang perempuan paruh baya yang adalah Ibu mereka memasuki rumah, dan terkaget melihatku.

"Maaf bu, saya hanya mampir karena melihat adek ini sedang menangis tadi."

Kulihat bocah lelaki itu semakin sedih, ia memandang bungkusan di tangan Ibunya, guncangan dibahunya semakin keras. Entah apa yang membuatnya demikian.
Aku semakin prihatin, lalu kucoba bertanya pada beliau.

"Kalau boleh tahu, kenapa. Maaf saya bertanya dari tadi belum dijawabnya."

Ibu itu hanya menghela nafas panjang, dan matanya mengisyaratkan bahagia yang pura-pura ketika memandangku. Aku tahu karena mata itu berkaca-kaca.

Aku merasa kurang sopan jika memaksa untuk mereka bercerita tentang keadaannya. Namun juga tak bisa begitu saja untuk meninggalkan mereka, juga bukankah terlanjur basah. Jadi kutunggu sejenak, apa kiranya yang hendak dikatakan oleh Ibu itu.

Pandangannya yang lembut, membelai wajah anak-anaknya. Namun kurasakan getir sekali.

"Ah, tidak apa-apa anak pulanglah sudah ditunggu Ibu di rumah."

"Baiklah."

Aku menunduk, mencium punggung tangannya dan bersalam pamit keluar.

Kulirik pada sepasang bocah yang duduk bersandar di dinding rumah itu, tangisan tanpa suara bocah lelaki itu belum mereda. Aku bimbang tapi apa yang bisa kubuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun