Di sepertiga malam yang sunyi
Diantara iringan nada alarm yang tengah berbunyi
aku duduk tawaruk
Berbalut mukenaÂ
Beralaskan sajadah
Kedua tanganku menengadah
Meluapkan segala hal yang tengah gundah
Risau hati menahan gejolak rindu pada salahsatu ciptaanNya
Dia, lelaki yang disana
Kau beritahu daku, bahwa
Doa adalah jembatan kerinduan kita
Telah kusampaikan doaku padamu kepadaNya
Sebagai bentuk kerinduanku,Â
Bermunajat dengan penciptamu.
Bila raga memang tak mampu bersua, biarlah doa kita yang kian berjumpa
Tak peduli kata obat rindu hanyalah temu,Â
Biar saja kita tabung rindu-rindu yang kian memburu
Kita pecah nanti disaat semesta setuju dengan pertemuan kita
Kita, semoga lekas bertemu
Dalam tatap yang semoga kelak menjadi tetap
Dalam angan yang bukan lagi bayang-bayang, dan
Dalam sikap yang tak ada lagi canggungÂ
Hai, lelaki yang kurindukan
Mengertilah, doa yang selalu kusemogakan
Kita benar nyata adanya, bukan lagi kisah belaka
Semesta seisinyapun mengangguk, turut merestui
bahkan cicak di dinding juga ikut tertawa
bahagia menyaksikan kita, dua sejoli
Yang kadang masih malu-malu tapi mau
Semoga.Â