Puisi Oleh Farah Azure
.
Kita menulis dan menulis.
Berteriak dan terus berteriak.
Melempar lumpur ke dinding ribuan kali.
Berharap didengar, membekas
.
Tapi ia ingin bebas.
Bukan untuk didengar.
Menulis adalah napasnya.
Cintanya, detak jantungnya, kebahagiaannya
.
Dalam bait-baitnya ia mengelana.
Jauh ke tundra, kembali ke nusantara.
Pergi lagi menyelam samudra.
Horizon demi horizon dilukisnya.
Pada puisi-puisi cinta,
sajak-sajak duka.
.
Dalam tangis ia menulis.
Dalam tawanya ia menulis.
Sambil terpaku, terpejam, termangu,
terdesak, terbengkalai, terpukul,
terbang, tinggi, ke angkasa, ia menulis.
.
Ia hidup dalam karyanya.
Bersemayam di estetikanya.
Di kedalamannya, menyelam bebas ia.
Tak ada badai kuasa menumbangkannya.
.
Sedang aku adalah rembulan.
Yang selalu sibuk menyaksikan.
Bagaimana ia hidup, lalu
menjadi bebas dengan tulisan.
Kairo, Jumat, 15 Februari 2019
Untuk Kakakku, Rozella Maryam