Ibunda selalu mempermasalahkan itu. Baginya, bule itu sangat menjijikkan. Ketika Rika (adik penulis) menikah dengan Andrew, seorang pria Amerika, ibunda hanya mengingatkan Rika untuk mengajar suaminya cebok dengan benar.
Ibunda punya analogi yang keren. Cobalah ambil krim coklat dan lemparkan ke tanah. Ambillah tisu dan bersihkan. Pasti masih ada sisa-sisanya.
Tapi, Andrew punya alasannya sendiri. Lebih jijik rasanya jika berjalan dengan pantat yang basah. Nah, lho.
**
Namun, di tengah arus globalisasi sepertinya para penghuni "negara maju" ini sudah mulai sadar diri.
Rose George, seorang jurnalis asal Inggris yang kini bermukim di New York, AS mengatakan;
"Saya bingung dengan jutaan orang yang berjalan-jalan dengan anus kotor sambil berpikir bahwa mereka bersih," ungkapnya dikutip dari sumber (detik.com).
Lebih lanjut penulis buku The Big Neccesity: The Unmentionable World of Huan Waste and Why It Matters, ini berkata:
"Anda tidak akan bersih jika mandi dengan handuk kering, bagaimana bisa tisu kering bisa membersihkan sisa-sisa kotoran?"
Amerika adalah negara bebas. Konon para imigran-lah yang membentuk budaya di sana. Amerika tidak memiliki kemurniannya, namun terbangun dari keragaman.
Dengan demikian ragam budaya seharusnya bisa teradopsi dengan baik. Nyatanya, kalau soal cebok, tidak.