Mohon tunggu...
Ki Gondrong
Ki Gondrong Mohon Tunggu... -

NALIKA Nalar-Ilmu-Kabisa

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kemerdekaan Bagi Bumi, Ibu, Pertiwi

17 Agustus 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merdeka.....merdeka....merdeka...
"Kenapa sih ini semua orang meneriakan kata itu secara bersama-sama,mengganggu banget" demikian pertiwi ngomel-ngomel tidak jelas saat handphone nya menerima broadcast BBM dari hampir 70% temannya yang ada di dalam kontak handphonenya.
Kekesalan pertiwi ternyata tidak berhenti sampai disitu, saat dia hendak menelpon ibu nya untuk memberitahukan bahwa dia akan pulang terlambat dari kampus karena dirinya terjebak macet oleh iring-iringan pejabat yang hendak mengikuti pesta kemerdekaan bangsa ini.  Pertiwi tidak bisa menelepon Ibu nya  karena batre handphone miliknya sudah habis gara-gara banyaknya broadcast yang dia terima sebelumnya.
Pertiwi bertekad bulat untuk mengadukan semua peristiwa tersebut kepada ibu nya kalau dia sudah sampai di Bumi, yaitu nama rumahnya yang sederhana namun asri dengan segala keindahan alam dan kekayaannya.
Di dalam angkot yang dia tumpangi, Pertiwi melihat banyak hal yang membuat dia semakin marah terhadap broadcast yang dia terima sebelumnya. Bagaimana tidak? Saat Pertiwi naek angkot dia melihat ada seorang anak kecil yang sedang sibuk mengamen dengan melantunkam lagu yang tidak enak di dengar dan peralatan mengamen seadanya. Di angkot sebelah temannya juga mengamen bahkan memaksa penumpang untuk memberikan uang recehnya.
Pemandangan itu akhirnya dilewati oleh pertiwi karena angkot yang dia tumpangi melaju kembali. Saat angkot berhenti diperempatan karena ada lampu merah, pertiwi melihat pemandangan lain, yaitu pengemis berkeliaran seakan jalanan menjadi kantor tetapnya untuk bekerja. Monyet-monyet dimainkan disisi lain lampu merah bahkan monyet-monyet itu berani melintasi zebra cross tempat pengguna motor berhenti melebihi zona pemberhentiannya..
Akhirnya pertiwi mengalihkan penglihatannya dari peristiwa yang dlihatnya tersebut dengan membaca koran yang dia beli di kampusnya tadi pagi. Di halaman pertama koran tersebut tertulis judul berita mengenai seorang artis yang mengalami kecelakaan di jalan Tol dan menyebabkan kematian namun tidak dihukum sesuai aturan yang berlaku.
Di halaman lain, Pertiwi membaca mengenai peristiwa-peristiwa korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan maupun anggota dewan yang terhormat. Dan Pertiwi pun menagis didalam angkot.
Sesampainya di Bumi, pertiwi segera menghampiri Ibunya untuk menceritakan semua hal yang dia lihat dan dia baca. "Ibuuuu...." pertiwi dengan sedikit berlari menghampiri menuju ibunya sambil terisak-isak. "Ada apa anakku, kenapa kau menangis?" Jawab Ibu
"Ibu, ada apa dengan negara ini?, dimana kemerdekaan yang dipekikkan semua orang yang pekikannya itu bahkan menguntungkan perusahaan-perusahaan penyedia layanan telepon? Tapi banyak anak-anak kecil yang mengamen dan memaksa semua penumpang memberikan uangnya untuk makan?"
"Sementara didalam berita, banyak orang yang serakah mengambil uang rakyat tanpa memperhatikan pengemis-pengemis yang bertebaran hampir disetiap tempat, kemanakan kekayaan Bumi kita Bu?"
Si Ibu hanya tersenyum sambil menyiapkan makanan untuk pertiwi dengan tanpa pamrih. Kemudian si ibu menjawab," wi, kamu harus mengerti, bangsa ini terlalu lama di jajah oleh kompeni, kita belum siap dengan segala kekayaan yang kita miliki, kita belum punya karakter yang memperlihatkan sebagai bangsa yang besar, hukum pun masih banyak yang menggunakan produk hukum jaman Belanda dan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini atau bahkan saling  bertentangan. Kamu yang sabar ya wi tegas ibunya"
Ditengah diskusi antara Ibu dan Pertiwi, Bumi tidak mau kalah beropini dan menyampaikan kalimat-kalimat bertuahnya. "Hei wi, janganlah kau mengeluh, apa yang bisa kamu kerjakan untuk negara ini. Jangan mentang-mentang kau masih kuliah lantas kau diam saja. Aku lah yang melahirkan semua kekayaan yang ada di negara ini. Semua isi perut aku dikuras habis oleh manusia-manusia serakah. Saya dijual ke perusahaan-perusahaan asing sampai tidak tersisa. Orang -orang disekitar aku hanya dikasih sedikit saja oleh perusahaan besar itu. Kenapa kamu mahasiswa diam saja?
"Kamu dilahirkan Ibumu untuk melakukan perubahan-perubaham di negara ini, bukan untuk berfoya-foya dengan kekayaan yang aku kandung". "Belajarlah dari seluruh kejadian yang kamu lihat, kamu baca dan kamu lakukan"," Aku titipkan kekayaan yang aku kandung ini kepadamu yang dilahirkan dari perut ibumu yang sempit itu, tapi aku yakin Ibu mu mendidikmu dengan baik"
Semoga Bangsa ini menjadi Bangsa yang besar dan dihargai Bangsa lain! MERDEKA!!

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun