Mohon tunggu...
Khomairoh
Khomairoh Mohon Tunggu... Karyawan swasta

Penikmat kopi dan diskusi mendalam. Di Kompasiana, saya mencoba merangkai pikiran tentang 2 - 3 Topik. Menulis adalah cara saya belajar dan berbagi. Mari terhubung!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eksistensialisme: Merangkul Kebebasan di Tengah Absurditas

14 Agustus 2025   19:11 Diperbarui: 14 Agustus 2025   19:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

- Kebebasan: Eksistensialisme menekankan bahwa manusia pada dasarnya bebas. Kita memiliki kemampuan untuk memilih tindakan kita, nilai-nilai kita, dan identitas kita. Namun, kebebasan ini juga bisa menjadi beban, karena kita harus menghadapi konsekuensi dari pilihan kita.

- Tanggung Jawab: Karena kita bebas untuk memilih, kita juga bertanggung jawab atas pilihan kita. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain atau keadaan atas tindakan kita. Kita harus menerima bahwa kita adalah pencipta diri kita sendiri.

- Keterasingan: Eksistensialisme mengakui bahwa manusia sering kali merasa terasing dari diri mereka sendiri, dari orang lain, dan dari dunia. Keterasingan ini bisa disebabkan oleh hilangnya makna tradisional, kompleksitas masyarakat modern, atau kesadaran akan kematian.

- Makna: Eksistensialisme menolak pandangan bahwa kehidupan memiliki makna yang inheren atau telah ditentukan sebelumnya. Kita harus menciptakan makna kita sendiri melalui tindakan kita, hubungan kita, dan nilai-nilai kita.

 

Kritik terhadap Eksistensialisme: Subjektivisme, Pesimisme, dan Elitisme

 

Meskipun eksistensialisme memiliki banyak pengikut, ia juga menghadapi sejumlah kritik. Beberapa kritikus berpendapat bahwa eksistensialisme terlalu subjektif, karena menekankan pengalaman pribadi dan menolak objektivitas. Kritikus lain menuduh eksistensialisme sebagai pesimis, karena berfokus pada absurditas dan keterasingan. Ada juga yang menganggap eksistensialisme sebagai elitis, karena hanya relevan bagi orang-orang yang memiliki kebebasan dan kemampuan untuk merenungkan eksistensi mereka.

 

Relevansi Eksistensialisme di Abad ke-21: Menghadapi Ketidakpastian dan Mencari Makna

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun