Â
Pada abad ke-20, eksistensialisme berkembang menjadi gerakan filosofis yang luas dan beragam, dengan tokoh-tokoh kunci seperti Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, dan Albert Camus. Sartre, seorang filsuf dan penulis Prancis, adalah salah satu eksponen utama eksistensialisme. Ia terkenal dengan pernyataan "eksistensi mendahului esensi," yang menjadi inti dari pemikiran eksistensialis. Sartre berpendapat bahwa manusia dilahirkan tanpa tujuan atau hakikat yang telah ditentukan sebelumnya. Kita bebas untuk memilih siapa diri kita, tetapi kebebasan ini juga membawa tanggung jawab yang besar.
Â
De Beauvoir, seorang filsuf, penulis, dan feminis Prancis, memberikan kontribusi penting bagi eksistensialisme melalui analisisnya tentang pengalaman perempuan. Ia menolak pandangan bahwa perempuan memiliki "esensi" yang berbeda dari laki-laki, dan berpendapat bahwa identitas perempuan dibentuk oleh konstruksi sosial dan budaya. De Beauvoir menyerukan perempuan untuk merangkul kebebasan mereka dan menentang penindasan gender.
Â
Camus, seorang penulis dan filsuf Prancis-Aljazair, dikenal karena eksplorasinya tentang absurditas eksistensi. Dalam novelnya "The Stranger" dan esainya "The Myth of Sisyphus," Camus menggambarkan manusia yang terasing dan mencari makna dalam dunia yang tanpa harapan. Meskipun mengakui absurditas, Camus tidak menyerah pada nihilisme. Ia justru mengajak kita untuk memberontak melawan absurditas dengan menjalani hidup dengan penuh semangat dan solidaritas.
Â
Tema-Tema Sentral Eksistensialisme: Kebebasan, Tanggung Jawab, Keterasingan, dan Makna
Â
Eksistensialisme membahas sejumlah tema sentral yang relevan dengan pengalaman manusia, termasuk kebebasan, tanggung jawab, keterasingan, dan makna.
Â