Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berlayar di Air Mata

20 September 2022   00:50 Diperbarui: 20 September 2022   00:50 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Maafkan adinda

Kutulis di malam yang remang-remang

Tentang kepergianku tanpa alasan

Bukan aku menjauh darimu

Namun perpisahan harus terjadi

Tuk sementara engkau berjalanlah

Bersama titah orang tuamu

Orang tuamu telah memilih lelaki yang lebih manusiawi

Dia lebih manusiawi akan harta dan kedudukan

Biarlah sementara kita berlayar di air mata

Suatu saat air mata akan berlabuh bersama tumbuh kembang kebahagiaan

Bersama juga dengan ikatan setia yang pernah terucap atas satu nama

Maafkan adinda

Kutulis dari hati yang paling dalam

Menerawang di antara kegelapan malam

Tuk sementara kita akan berlayar di air mata yang penuh gelap dan pekat

Namun percayalah tak selamanya alam itu gelap

Besok Sang fajar akan menjemput cahaya matahari

Begitu juga kehidupan tak akan selamanya

Berlayar di air mata

Suatu saat layar itu akan berhenti di dermaga jantung hati

Adinda

Kutulis di malam yang masih dalam nuansa kesedihan

Ingatlah sementara kesedihan menguasai di tubuh-tubuh kita

Suatu saat aku yakin kebahagiaan pasti akan menguasai kembali di hati dan jiwa kita bersama

Percayalah saat berlayar di air mata dalam duka lara

Tak selamanya kita akan tumbuh kembang berlayar di air mata

Namun pasti kita akan menemukan muara kedamaian yang pernah kita jalin dalam nuansa dua hati

Namun kini engkau sudah waktunya

Berlayar air mata bersama keadaan yang terus melaju

Kisah kita sementara waktu akan terasa sakit tak berdarah

Tetapi suatu saat pasti kita akan menemukan jalan dermaga kebahagiaan

Adinda

Cukup kiranya kata dan bahasa yang kutulis di malam remang-remang

Bersama udara malam yang dingin menggigil

Merasuk di tubuh-tubuh yang penuh luka

Saat berlayar di air mata yang penuh dengan penderitaan

Namun percayalah ini hanya penderitaan sementara

Suatu saat kita pasti menemukan dermaga impian tentang sebuah suka cita bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun