Biarkan! Cinta itu mengalir di setiap air mata ini jatuh, Seperti langit yang sedang turun hujan
Maka luka menjadi nyata, Membunuh segala harapan di hati dan jiwa, Menjadi racun yang mematikan denyut nadi rasa
Jika pedang sudah menjadi jalan terakhir, Darah dan air mata luka, Mengitari di segala penjuru api yang berkobar
Perang yang menguras air mata, Darah membanjiri di celah-celah api, Karena api telah berkobar di semesta raya
Ku tatap wajahmu, Engkau penuh luka, Menyimpan segala jiwa yang beku
Tetaplah! Tenang, Jangan terlalu panik, Nanti malah memecah genderang perang
Menuju titik rasa, Karena sakit sudah menyumbat, Menyumbat tentang rasa sejuta bahagia di jiwa atma
Hidup terasa hampa, Hidup terasa ada tekanan, Hingga hati terasa sembilu dalam luka
Keringat telah menjadi saksi akan sebuah perjuangan Garuda muda, Namun lagi dan lagi, Kekalahan di babak penyisihan piala dunia U-17 2023
Sudah tumpah di celah pipimu, Aku tak bisa berbuat apa? Karena yang ada hanya sebatas luka yang membatu
Air mata terhapus dengan tawa, Karena pemilu yang menjadi harapanku, Mampu menghasilkan pemimpin yang dipilih rakyat secara adil dan egaliter
Maafkan kami yang terlalu mencintai tanah, hingga tanah itu kuanggap suci
Seperti tanah yang dipermainkan mendung, Padahal hujan tak pernah datang
Ambil saja nyawa ini Biarkan aku menyatu padu, Memenuhi panggilan Mu, Duhai Tuhan pemilik semesta hati
Percayalah hatiku tetap bersamamu, Sampai akhir hayat ku, Kan selalu menjaga cinta di hati dan jiwaku
Sungguh maaf menjadi ungkapan hati terdalamku, Tentang perasaan bersalahku kepadamu duhai jiwa dalam bayanganku
Jika guru harus di penjara, Gara-gara mendidik anak didik untuk menjalankan ketaatan beribadah agama, Maka itu sama dengan perbuatan membunuh
Jika pernikahan sudah engkau genggam di hati atma, Maka menjaga pernikahan menjadi sebuah kewajiban, Jika hati sudah menyatu dalam rajutan cinta
Jiwa awal bulan Oktober telah tiba, Maka bulan yang penuh dengan harapan di jiwa, Supaya awal Oktober menjadi bulan bahagia
Jila cerita luka, Ku ingat di setiap kata dan aksara, Maka itulah hari waktu berpuisi untuk luka