Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dendam Singhasari: Api Terakhir Majapahit [4-10]

11 September 2025   18:41 Diperbarui: 11 September 2025   17:41 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by ai/kam

Shih Pie mendadak tertarik. "Bukan Kertanegara?"

"Tidak!" bisik Raden Wijaya penuh dramatisasi. "Itu adalah fitnah yang disebarkan Jayakatwang! Dialah yang membunuh Kertanegara sebelum Kertanegara sempat memberikan jawaban pada utusan Khan! Dia takut Kertanegara akan bersekutu dengan Mongol dan menguatkan Singhasari, membuatnya tak bisa dikalahkan! Semua ini ulah Jayakatwang! Dia bukan hanya pengkhianat bagi saya, tapi juga bagi Kubilai Khan yang agung!"

Kebohongan itu diucapkan dengan keyakinan yang begitu kuat. Shih Pie terdiam, memproses informasi ini. Keraguannya terhadap Jayakatwang selama ini menemukan 'buktinya'.

"Ini... sebuah tuduhan yang sangat serius," kata Shih Pie akhirnya.

"Saya tidak meminta Tuan untuk mempercayai saya," lanjut Raden Wijaya, pura-pura pasrah. "Tapi lihatlah sendiri. Bagaimana caranya menjamu Tuan? Dengan penuh ketakutan dan kecurigaan, atau dengan ketulusan? Dia hanya menggunakan Tuan untuk mengukuhkan kekuasaannya yang direbut dengan darah!"

Percakapan itu berakhir tanpa kesimpulan, tetapi benih keraguan telah tertanam dengan sempurna di pikiran Shih Pie.

Beberapa hari kemudian, giliran Ike Mise yang menjadi target. Raden Wijaya mendekatinya di lapangan latihan, memuji keperkasaan dan strategi perang Mongol.

"Pasukan Paduka sangatlah perkasa," puji Raden Wijaya. "Sayang sekali kekuatan itu hanya digunakan untuk mengancam, padahal ada harta karun dan kejayaan yang jauh lebih besar menanti."

Ike Mise, yang mudah tersanjung, langsung tertarik. "Harta karun? Kejayaan? Maksudmu?"

"Jayakatwang," jawab Raden Wijaya. "Dia menyimpan harta rampasan dari Singhasari yang tak terhitung jumlahnya. Tapi dia pelit. Dia menjamu Tuan dengan remah-remah, sementara kekayaan yang sebenarnya disimpannya untuk dirinya sendiri. Dan kekuasaan? Dengan pasukan sekuat ini, Tuan bisa menjadi penguasa sejati di Jawa, bukan hanya tamu yang dihormati sementara."

Umpan itu ditelan mentah-mentah oleh Ike Mise yang ambisius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun