Sementara itu, kepada Kao Sing, Raden Wijaya berbicara bahasa yang berbeda: logika dan keuntungan.
"Jayakatwang tidak stabil. Rakyat membencinya. Mendukungnya adalah taruhan yang merugi," katanya. "Tapi jika Tuan yang mengambil alih, atau mendukung pemimpin yang lebih bisa dipercaya... Jawa akan menjadi sekutu yang setia dan sumber kekayaan yang tak ada habisnya bagi Mongol."
Dalam diam, Arya Wiraraja mengamati dari jauh, senyum tipis selalu menghiasi bibirnya. Permainannya berjalan sempurna. Raden Wijaya adalah aktor yang brilian.
Percakapan-percakapan racun ini berlangsung selama berminggu-minggu. Perlahan, tapi pasti, suasana di istana Kediri berubah. Mongol yang awalnya dijamu dengan baik, mulai menunjukkan sikap sinis dan menuntut. Mereka mulai mempertanyakan di mana 'bagian mereka' yang sebenarnya dari jarahan Singhasari.
Jayakatwang, yang merasa statusnya sebagai raja terusik, mulai kehilangan kesabaran. Ketakutannya pada Mongol berubah menjadi kebencian. Ia mulai membatasi pergerakan mereka dan mengurangi jamuan.
Hubungan yang sudah tegang ini akhirnya pecah oleh sebuah insiden kecil. Seorang prajurit Mongol dan prajurit Kediri bertengkar memperebutkan seorang pelayan wanita. Pertengkaran itu berujung pada tewasnya prajurit Mongol.
Ike Mise murka. Dia menyerbu balairung istana, menuntut kepala prajurit Kediri yang bersalah.
Jayakatwang, yang gengsinya terusik, menolak. "Ini istanaku! Hukumku yang berlaku!"
"Kau lupa siapa yang memberimu tahta ini?!" teriak Ike Mise, yang sudah termakan racun hasutan Raden Wijaya. "Kau hanya boneka! Boneka yang bisa kita pecahkan kapan saja!"
Pertemuan itu berakhir dengan bentakan dan ancaman. Jembatan antara Kediri dan Mongol telah runtuh. Perang yang telah diprediksi dan direncanakan oleh Raden Wijaya dan Wiraraja kini tinggal menunggu waktu saja.
Di kamarnya, Raden Wijaya melihat ke cermin. Dia melihat bayangan seorang lelaki yang hampir tidak dikenalnya lagi. Seorang lelaki yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi. Tapi di baliknya, ada tekad yang membara. Api untuk membalas dendam dan membangun kembali apa yang telah hancur.