Dia memandang ke arah hutan, seolah bisa melihat istana Kediri di kejauhan.
"Kita akan menyerah pada Jayakatwang. Kita akan puji kemenangannya, kita akan akui kekalahan kita. Kita akan menjadi orang buangan yang hina yang mencari belas kasihan."
Nambi mengangguk, perlahan memahami rencana gila itu. "Dan saat kita sudah masuk, saat kepercayaannya kita dapatkan..."
"...kita akan membisikkan racun di telinga Mongol," selesaikan Raden Wijaya, senyumnya semakin lebar dan dingin. "Kita akan ceritakan pada mereka bahwa Jayakatwanglah pengkhianat sejati. Pembunuh Kertanegara. Penghina Kubilai Khan. Kita akan jadikan amarah Mongol sebagai senjata kita."
"Dan setelah Jayakatwang hancur?" tanya Lembu Sora.
"Lalu kita akan hadapi Mongol yang sudah lelah dan lengah," jawab Raden Wijaya. "Kita undang mereka berpesta, kita buat mereka mabuk kemenangan... dan kita sembelih mereka di tengah pesta mereka sendiri."
Suasana hening sejenak. Rencana itu begitu kejam, begitu penuh pengkhianatan berlapis. Namun, di mata mereka yang telah kehilangan segalanya, itu adalah satu-satunya cahaya.
"Kita akan menjadi arsitek kehancuran mereka semua," bisik Raden Wijaya, lebih kepada dirinya sendiri. "Dari pahitnya buah ini, kita akan racun untuk musuh-musuh kita."
"Majapahit," gumam Nambi. Kini ia mengerti sepenuhnya makna nama itu. Itu bukan hanya tentang penderitaan mereka. Itu adalah tentang racun yang akan mereka tuangkan kepada siapa pun yang mengancam. Babak baru permainan intrik yang mematikan telah dimulai.
BERSAMBUNG [TOPENG PENYERAHAN DAN BISIKAN RACUN]
Disclaimer: