Di tengah teriknya matahari siang itu, terlihat seorang anak kecil mengenakan seragam SD, lengkap dengan tas dan sepatu hitamnya. Penampilannya terlihat rapi dan bersih. Tapi anehnya, dia membawa sebuah karung  besar yang terlihat hampir penuh. Entah apa yang ada di dalamnya.
Karena penasaran, kulambatkan laju mobil hingga jarakku makin dekat dengan anak itu. Ternyata dia mengumpulkan botol bekas. Tapi tidak hanya itu, dia juga mengambil semua 'sampah' yang terlihat. Aku merasa iba ketika melihatnya berjalan menyusuri trotoar dengan wajah menyeringai karena panasnya sang mentari.
"Hei, Nak, di mana rumahmu? Mari Om antarkan!"
"Tidak perlu Om, terimakasih. Di tikungan depan sekitar 50 meter lagi itu rumahku, sudah dekat kok."
Terlihat raut wajah yang sedikit ketakutan dari anak itu. Tentu saja sangat wajar, mengingat aku orang asing bagi dia, yang tiba-tiba menawarkan tumpangan.
Rasa penasaranku sedikitpun belum terjawab. Penampilan anak itu terlihat rapi dan bersih, tentu tidak menggambarkan kemiskinan. Tapi kenapa dia mulung?
***
Di jalanan yang sama seperti waktu sebelumnya, aku kembali melihat anak SD yang membuatku penasaran itu. Tanpa berpikir lama, aku langsung berhenti dan turun dari mobilku dan ku parkirkan di tepi jalan.
"Hei, nak, tunggu!"
Aku sedikit berteriak dan berlari kecil menuju arahnya.