Begitu mudah perkara selesai. Pembeli mendapat bonus setengah kilo, pedagang curang tak kehilangan muka. Begitulah kecurangan akan terus berlanjut.
Di antara kegelapan malam dua bocah berlarian mencari tempat berteduh di bawah jalan layang karena kehujanan.
Sebelum itu salah satunya menemukan sesuatu yang terjatuh dari pengendara motor di persimpangan jalan ketika lampu merah sedang menyala.
Tanpa pikir panjang bocah itu mengembalikan ke pemiliknya. Saat itu si pemilik malah curiga. Kenapa si bocah memberikan sesuatu padanya.
Sesaat lampu hijau menyala ia baru sadar ketika  melihat sesuatu itu adalah dompet miliknya.Â
Ia hanya bisa melihat si bocah berlarian sementara bunyi klakson di belakang saling bersautan.
"Kenapa kamu kembalikan dompet itu? Kamu yang menemukan itu sudah rezekimu." Temannya mengingatkan masih dengan napas terengah-engah.
"Tidak. Itu bukan milikku. Bukan rezekiku. Rezeki itu mesti halal dari usaha." Si bocah yang bernama Iman berkukuh dengan apa yang telah ia lakukan.
"Mbahku selalu berpesan jangan mengambil sesuatu yang bukan milikmu. Walaupun kamu tidak punya apa-apa. Aku selalu ingat itu."
Inilah dunia. Si bocah yang hanya bisa berteduh di bawah jalan layang masih merasa malu mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Sementara itu mereka yang sudah berkelimpahan uang tanpa malu-malu mencuri uang rakyatnya.
Mereka yang mengerti ilmu agama dan berpendidikan pamer omong kosong di media sosial, sementara bocah-bocah yang masih menjaga kejujuran tersembunyi dari kehidupan. Jadi berita hanya ketika ada yang  mati kelaparan.Â
@dibiliksepi, 14 November 2022