Ketika polisi bertindak. Penjara sudah menanti. Mereka yang tadinya beringas jadi sesak napas di layar kaca sambil terisak meminta maaf dan ampun. Air mata mengalir tiada tertampung.
Artinya semua keberanian dan nyali yang hadir di media sosial selama ini sekadar omong kosong belaka. Akal sehat entah di mana.Â
Ada pula pedagang yang mempermainkan harga dan timbangan. Sebelum membuka toko ia sudah bersembah sujud minta ampunan.
Suatu siang datang pembeli yang hendak menunjukkan kecurangan.
"Pak, tadi saya beli beras lima kilo, kenapa sampai di rumah saya timbamg hanya empat setengah kilo?"
Pedagang masih berusaha berkilah,"Mungkin bocor di jalan."
Pembeli berkeyakinan. "Tidak. Kantongnya masih utuh. Lubang sekecil jarum pun takada."
"Oh, ini pasti timbamgan Bapak yang rusak." Pedagang masih membela diri. Berbalik menyalahkan.
"Tidak, Pak. Timbangannya tidak ada masalah. Buktinya untuk menimbang yang lain pas semua."
Akhirnya pedagang mengalah sekaligus hendak mengakui kecurangannya.
"Ya, sudah. Ini saya tambahkan sekilo lagi. Mungkin tadi saya yang salah timbang. Namanya juga manusia pasti ada salahnya, kan?"