Mohon tunggu...
teteh ...
teteh ... Mohon Tunggu... Sekretaris di Chatay Pasific....

yeeee...juara iii lomba makan kerupuk di sekolah, mendapat penghargaan di magic chess go go sebagai "community star"...... pernah menjadi juara harapan lomba baca puisi SMK se-Bali. pernah jadi juara iii lomba lari 100 meter Porseni se-Jatim...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan

22 September 2025   08:28 Diperbarui: 22 September 2025   08:28 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan di Kelas 5C


Pagi di kelas 5C datang dengan bisikan angin dari balik jendela. Cerber Juliawati, bocah yang hatinya berdebar penuh tanya, melangkahkan kaki. Ia seperti pelaut yang baru menemukan pulau. Setiap sudut adalah misteri yang menunggu untuk dipecahkan. Dari balik bangku-bangku kayu yang berbaris rapi, ia melihat wajah-wajah baru. Seorang anak laki-laki berkacamata tebal, tenggelam dalam dunia komik. Seorang anak perempuan dengan jemari lincah, menari di atas kertas, menciptakan bunga-bunga imajinasi.
Di tengah keasingan itu, sebuah senyum merekah, hangat bagai sinar mentari. Tino, dengan rambut ikal dan tatapan ramah, datang menyapa. Pertemuan itu seperti dua sungai yang akhirnya bersatu. Dari obrolan tentang koleksi kartu monster, Cerber menemukan sebuah jembatan menuju pertemanan. Hari itu, ia menyadari, kelas 5C bukan hanya ruang belajar, melainkan sebuah gerbang menuju petualangan.
Petualangan yang pertama datang dalam bentuk sebuah peta kuno. Peta itu ditemukan tersembunyi di balik tumpukan buku tua, bisikan rahasia dari masa lalu. Mata Cerber dan Tino berbinar penuh gairah. Mereka menyusuri petunjuk, menelusuri jejak di bawah pohon beringin yang rindang, di balik gudang yang sunyi, hingga ke lorong tersembunyi di ruang guru. Pencarian ini mempertemukan mereka dengan Lani, gadis cerdas yang memegang kunci untuk setiap teka-teki. Persahabatan mereka berpadu, menjadi trio yang tak terpisahkan. Harta karun yang mereka temukan bukanlah emas, melainkan kenangan dalam sebuah kotak kayu usang---foto-foto masa kecil guru mereka. Tawa mereka pecah, mengisi udara sekolah dengan sukacita murni.
Tak lama setelah itu, tantangan baru datang. Lomba Sains. Awalnya, Cerber dan Lani ragu. Bagi mereka, petualangan adalah tentang menjelajah, bukan berdiam di laboratorium. Namun, bujukan Tino mengubah segalanya. "Ini petualangan juga," katanya, "hanya saja, petualangan yang menciptakan." Mereka memutuskan untuk membuat sistem penyiraman otomatis, terinspirasi dari taman sekolah yang haus akan air.
Proses itu tidak mudah. Botol-botol bocor, tanaman nyaris layu. Namun, setiap kegagalan adalah pelajaran. Cerber, yang semula ragu, kini tenggelam dalam keajaiban tekanan air. Lani, si teliti, menemukan celah di setiap percobaan. Tino, dengan ketekunannya, menghidupkan kembali sensor yang mati. Ruang kelas mereka berubah menjadi kawah kreativitas, penuh dengan kawat dan botol plastik. Pada hari perlombaan, mereka tidak hanya mempresentasikan sebuah alat, tetapi juga sebuah kisah tentang kerja sama dan ketangguhan. Meskipun tidak menjadi juara, tepuk tangan para juri adalah penghargaan yang paling berharga....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun