Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan dalam Secangkir Kopi Manis Dingin Terakhir

5 Mei 2020   11:58 Diperbarui: 5 Mei 2020   12:02 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirmu merajuk misteri, meresapi seduhan manis dingin yang tak terkendali, rona hitam kecoklatan dalam bingkai siang yang alami. Rintik pertama berbentuk melodi menerpa hati, bersama uap panas engkau menjangkau kedalaman naluri. Mengental dalam ingatan hakiki, berputar-putar melingkupi pemahaman tentang apa ini.

Mei telah sepi dari cangkir besar bayangan, larut dan menyatu dalam kubangan rasa manis dan dingin tetes hujan terakhir, benar-benar terakhir.

Bagaimana aku akan menceritakan fenomena ini, sedang jejakmu menghilang di balik  tabir. Aroma yang mengudara, prasangka yang mendera, bahkan butiran gula mulai mengkristal menyangkal fakta. Sungguh luar biasa untuk otak kerdilku mencerna, butuh nyali besar sekedar mencuplikan gambar. Hadirmu dan pergimu.

Untuk sementara, biarlah ku simpan apa yang terpendam

Entah kapan, ketika kekuatan berhasil menceritakan

Tentang hadirmu, tentang pengembaraanmu

Tentang diriku, tentang ketidak berdayaanku

Bagan batu, mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun