Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillhirrahmnirrahm.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Hari ini saya ingin berbicara tentang sebuah kata yang sering kita dengar, yang manis di telinga namun ternyata menyimpan banyak jebakan: LIBERAL. Kata ini sering dipromosikan sebagai kebebasan. Dan betul, bila yang dimaksud adalah kebebasan dari feodalisme, kebebasan dari tekanan buta, atau kebebasan berpikir untuk mencari kebenaran dengan tetap berlandaskan ilmu dan iman---itu adalah sebuah hal yang baik. Bahkan Islam pun menegaskan bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Tetapi sayangnya, yang sering terjadi bukanlah kebebasan yang terarah, melainkan kebebasan yang melenceng.
Kita melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana jargon kebebasan ini dipelintir. Dari slogan manis "hak asasi" berubah menjadi legitimasi perilaku yang jelas-jelas menyalahi fitrah manusia: LGBTQ+, gonta-ganti gender seakan manusia boleh menentukan dirinya seperti menukar pakaian, padahal Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan hikmah dan tujuan mulia. Mereka menyebut ini kebebasan berekspresi, padahal yang ada hanyalah kerusakan moral dan munculnya penyakit yang mematikan.
Allah berfirman dalam al-Qur'an:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? Maka Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya..."
(QS. al-Jtsiyah: 23)
Belum lagi gerakan yang mengatasnamakan "kebebasan perempuan" atau "kebebasan gender", tapi ternyata diwarnai dendam dan permusuhan kepada kaum laki-laki, seakan-akan yang mereka perjuangkan bukanlah keseimbangan, melainkan dominasi. Ada pula orasi lingkungan yang katanya menjaga bumi, tapi kadang melupakan adab dan batas syariat, bahkan menjadikan ritual baru yang menyerupai agama tandingan.
Saudaraku, inilah bahaya terbesar: ketika manusia merasa bebas, tapi sesungguhnya ia hanya sedang diperbudak oleh hawa nafsunya.
Mari kita bedakan:
Kebebasan sejati adalah ketika kita bisa taat kepada Allah tanpa diperbudak oleh syahwat.
Kebebasan palsu adalah ketika kita merasa merdeka, tapi ternyata hanyalah budak mode, budak tren, budak syahwat, dan budak kebencian.